Rabu, 25 Januari 2012

Makna di Balik Aksara Jawa











Ki Hadjar Dewantara tidak hanya mencetuskan konsep petuah tentang
kepemimpinan yang sangat terkenal, beliau juga berhasil memberi
penafsiran mengenai ajaran budi pekerti serta filosofi kehidupan yang
sangat tinggi dan luhur yang terkandung dalam huruf Jawa .

Adapun makna yang dimaksud adalah sebagai berikut:

(1) HA NA CA RA KA:

Ha: Hurip = hidup

Na: Legeno = telanjang

Ca: Cipta = pemikiran, ide ataupun kreatifitas

Ra: Rasa = perasaan, qalbu, suara hati atau hati nurani

Ka: Karya = bekerja atau pekerjaan.



(2) DA TA SA WA LA

DA TA SA WA LA (versi pertama):

Da: Dodo = dada

Ta: Toto = atur

Sa: Saka = tiang penyangga

Wa: Weruh = melihat

La: lakuning Urip = (makna) kehidupan.



DA TA SA WA LA (versi kedua):

Da-Ta (digabung): dzat = dzat

Sa: Satunggal = satu, Esa

Wa: Wigati = baik

La: Ala = buruk



(3) PA DHA JA YA NYA:

PA DHA JA YA NYA =Sama kuatnya (tidak diartikan per huruf).



(4) MA GA BA THA NGA :

Ma: Sukma = sukma, ruh, nyawa

Ga: Raga = badan, jasmani

Ba-Tha: bathang = mayat

Nga: Lungo = pergi





Versi selanjutnya trimopakesa menjabarkan tafsir huruf Jawa versi Ki Hadjar tersebut menurut pemahamannya sendiri, yakni:



(1) HA NA CA RA KA:

Ha: Hurip = hidup

Na: Legeno = telanjang

Ca: Cipta = pemikiran, ide ataupun kreatifitas

Ra: Rasa = perasaan, qalbu, suara hati atau hati nurani

Ka: Karya = bekerja atau pekerjaan.



Dari arti secara harfiah tsb, trimopakesa berusaha menjabarkannya menjadi dua versi:



**) Ketelanjangan=kejujuran



Bukankah secara fisik manusia lahir dalam keadaan telanjang? Tapi
sebenarnya ketelanjangan itu tidak hanya sekedar fisik saja. Bayi yang
baru lahir juga memiliki jiwa yang “telanjang”, masih suci…polos lepas
dari segala dosa. Seorang bayi juga “telanjang” karena dia masih
jujur…lepas dari perbuatan bohong (kecuali bayi aneh Very Happy).
Sedangkan CA-RA-KA mempunyai makna cipta-rasa-karya . Sehingga HA NA CA
RA KA akan memiliki makna dalam mewujudkan dan mengembangkan cipta, rasa
dan karya kita harus tetap menjunjung tinggi kejujuran. Marilah kita
“telanjang” dalam bercipta, berrasa dan berkarya.



**)) Pengembangan potensi



Jadi HA NA CA RA KA bisa ditafsirkan bahwa manusia “dihidupkan” atau
dilahirkan ke dunia ini dalam keadaan “telanjang”. Telanjang di sini
dalam artian tidak mempunyai apa-apa selain potensi. Oleh karena itulah
manusia harus dapat mengembangkan potensi bawaan tersebut dengan
cipta-rasa-karsa. Cipta-rasa-karsa merupakan suatu konsep segitiga
(segitiga merupakan bentuk paling kuat dan seimbang) antara otak yang
mengkreasi cipta, hati/kalbu yang melakukan fungsi kontrol atau
pengawasan dan filter (dalam bentuk rasa) atas segala ide-pemikiran dan
kreatifitas yang dicetuskan otak, serta terakhir adalah raga/tubuh/badan
yang bertindak sebagai pelaksana semua kreatifitas tersebut (setelah
dinyatakan lulus sensor oleh rasa sebagai badan sensor manusia).

Secara ideal memang semua perbuatan (karya) yang dilakukan oleh manusia
tidak hanya semata hasil kerja otak tetapi juga “kelayakannya” sudah
diuji oleh rasa. Rasa idealnya hanya meloloskan ide-kreatifitas yang
sesuai dengan norma. Norma di sini memiliki arti yang cukup luas, yaitu
meliputi norma internal (perasaan manusia itu sendiri atau istilah
kerennya kata hati atau suara hati) atau bisa juga merupakan norma
eksternal (dari Tuhan yang berupa agama dan aturannya atau juga norma
dari masyarakat yang berupa aturan hukum dll).



(2) DA TA SA WA LA: (versi pertama)

Da: Dodo = dada

Ta: Toto = atur

Sa: Saka = tiang penyangga

Wa: Weruh = melihat

La: lakuning Urip = (makna) kehidupan.



DA TA SA WA LA berarti dadane ditoto men iso ngadeg jejeg (koyo soko)
lan iso weruh (mangerteni) lakuning urip. Dengarkanlah suara hati
(nurani) yang ada di dalam dada, agar kamu bisa berdiri tegak seperti
halnya tiang penyangga dan kamu juga akan mengerti makna kehidupan yang
sebenarnya.

Kata “atur” bisa berarti manage dan juga evaluate sedangkan dada
sebenarnya melambangkan hati (yang terkandung di dalam dada). Jadi
dadanya diatur mengandung arti bahwa kita harus senantiasa me-manage
(menjaga-mengatur) hati kita untuk melakukan suatu langkah evaluatif
dalam menjalani kehidupan supaya kita dapat senantiasa berdiri tegak dan
tegar dalam memandang dan memaknai kehidupan. Kita harus senantiasa
memiliki motivasi dan optimisme dalam berusaha tanpa melupakan kodrat
kita sebagai makhluk Alloh yang dalam konsep Islam dikenal dengan
ikhtiar-tawakal, ikhtiar adalah berusaha semaksimal mungkin sedangkan
tawakal adalah memasrahkan segala hasil usaha tersebut kepada Alloh.



DA TA SA WA LA: (versi kedua)

Da-Ta (digabung): dzat = dzat

Sa: Satunggal = satu, Esa

Wa: Wigati = baik

La: Ala = buruk



DA TA SA WA LA bisa ditafsirkan bahwa hanya Dzat Yang Esa-lah (yaitu
Tuhan) yang benar-benar mengerti akan baik dan buruk. Secara kasar dan
ngawur saya mencoba menganggap bahwa kata “baik” di sini ekuivalen
dengan kata “benar” sedangkan kata “buruk” ekuivalen dengan “salah”.
Jadi alangkah baiknya kalau kita tidak dengan semena-mena menyalahkan
orang (kelompok) lain dan menganggap bahwa kita (kelompok kita) sebagai
pihak yang paling benar.





(3) PA DHA JA YA NYA:

PA DHA JA YA NYA = sama kuat

Pada dasarnya/awalnya semua manusia mempunyai dua potensi yang sama
(kuat), yaitu potensi untuk melakukan kebaikan dan potensi untuk
melakukan keburukan. Mungkin memang benar ungkapan bahwa manusia itu
bisa menjadi sebaik malaikat tetapi bisa juga buruk seperti setan dan
juga binatang. Mengingat adanya dua potensi yang sama kuat tersebut maka
selanjutnya tugas manusialah untuk memilih potensi mana yang akan
dikembangkan. Sangat manusiawi dan lumrah jika manusia melakukan
kesalahan, tetapi apakah dia akan terus memelihara dan mengembangkan
kesalahannya tersebut? Potensi keburukan dalam diri manusia adalah hawa
nafsu, sehingga tidak salah ketika Nabi Muhammad SAW menyatakan bahwa
musuh terbesar kita adalah hawa nafsu yang bersemayam dalam diri kita
masing-masing.



(4) MA GA BA THA NGA:

Ma: Sukma = sukma, ruh, nyawa

Ga: Raga = badan, jasmani

Ba-Tha: bathang = mayat

Nga: Lungo = pergi



Secara singkat MA GA BA THA NGA saya artikan bahwa pada akhirnya manusia
akan menjadi mayat ketika sukma atau ruh kita meninggalkan raga/jasmani
kita. Sesungguhnya kita tidak akan hidup selamanya dan pada akhirnya
akan kembali juga kepada Alloh SWT. Oleh karena itu kita harus
senantiasa mempersiapkan bekal untuk menghadap Alloh SWT.






silahkan anda Copy paste artikel diatas
tapi kalau anda tidak keberatan mohon cantumkan sumber dengan linkback ke blog ini.
terimakasih....!!!

0 komentar:

Posting Komentar