Sabtu, 07 Januari 2012

AJARAN DAN PEMIKIRAN SYEKH SITI JENAR
















Kepada Yth Pembaca Yang Budiman,




Artikel
ini disampaikan untuk menambah wacana dan referensi untuk memperkaya
pemahaman dan bisa juga untuk tujuan menambah perbendaharaan pengetahuan
ajaran-ajaran jawa semata. Soal benar dan salah ajaran beliau, kami
mohon agar para pembaca bisa arif dan bijaksana. Terima kasih. (Editor)




Ketika dihadapkan pada peradaban baru,
banyak di antara manusia yang memilih jalan yang dianggap benar. Jalan
wali adalah salah satu yang mungkin bisa membawa manusia memasuki
peradaban yang penuh dengan kesadaran untuk menuju Tuhan, karena jalan
wali adalah jalan menuju pembebasan…..




Syekh Siti Jenar adalah salah satu wali
yang memiliki ajaran dan pemikiran kontroversial. Banyak ulama melihat
ajaran Beliu dari sudut pandang tasawwuf dan menjadikan persoalan yang
timbul menjadi lain, karena dianggap menyesatkan tetapi justru menjadi
suatu ajaran yang sudah mencapai derajat ”fana”.




Apa dan bagaimana ajaran dan pemikiran
Syekh Siti Jenar yang telah menemukan ”sejati ning urip” hidup yang
lahir. Apakah ajaran dan pemikiran Beliu dapat kita petik untuk bekal
kehidupan atau malah menyesatkan ….




Mari kita ungkap ajaran-ajaran Beliu serta membuka misteri yang selama ini masih menjadi teka-teki yang belum terpecahkan,sbb:




140 AJARAN DAN PEMIKIRAN SYEKH SITI JENAR




001. …. tidak usah kebanyakan teori semu, karena sesungguhnya ingsun
(saya) inilah Allah. Nyata ingsun yang sejati, bergelar Prabu Satmata,
yang tidak ada lain kesejatiannya yang disebut sebangsa Allah.




002. Jika ada seseorang
manusia yang percaya kepada kesatuan lain selain Allah SWT, maka ia
akan kecewa karena ia tidak akan memperoleh apa yang ia inginkan.




003. Allah itu adalah
keadaanku, lalu mengapa kawan-kawanku sama memakai penghalang? Dan
sesungguhnya aku ini adalah haq Allah pun tiada wujud dua; saya
sekarang adalah Allah, nanti Allah, dzahir bathin tetap Allah, kenapa
kawan-kawan masih memakai pelindung?.




004. Sebenarnya
keberadaan dzat yang nyata itu hanya berada pada mantapnya tekad kita,
tandanya tidak ada apa-apa, tetapi harus menjadi segala niat kita yang
sungguh-sungguh.




005. Tidak usah banyak
bertingkah, saya ini adalah Tuhan. Ya, betul betul saya ini adalah
Tuhan yang sebenarnya, bergelar Prabu Satmata, ketahuilah bahwa tidak
ada tuhan yang lain selain saya.




006. Saya ini
mengajarkan ilmu untuk betul-betul dapat merasakan adanya
kemanunggalan. Sedangkan bangkai itu selamanya tidak ada. Adapun yang
dibicarakan sekarang adalah ilmu yang sejati yang dapat membuka tabir
kehidupan. Dan lagi semuanya sama. Tidak ada tanda secara samar-samar,
bahwa benar-benar tidak ada perbedaan yang bagaimanapun, saya akan tetap
mempertahankan tegaknya ilmu tersebut.




007. Bahwa
sesungguhnya, lafadz Allah yaitu kesaksian akan Allah, yang tanpa rupa
dan tiada tampak akan membingungkan orang, karena diragukan
kebenarannya. Dia tidak mengetahui akan diri pribadinya yang sejati,
sehingga ia menjadi bingung. Sesungguhnya nama Allah itu untuk menyebut
wakil-Nya, diucapkan untuk menyatakan yang dipuja dan menyatakan suatu
janji. Nama itu ditumbuhkan menjadi kalimat yang diucapkan Muhammad Rasulullah.




008. ….. padahal sifat
kafir berwatak jisim, yang akan membusuk, hancur lebur bercampur tanah.
Lain jika kita sejiwa dengan Dzat Yang Maha Luhur. Ia gagah berani,
Maha Sakti dalam syarak, menjelajahi alam semesta. Dia itu pangeran
saya, yang mengusai dan memerintah saya, yang bersifat wahdaniyah,
artinya menyatukan diri denga ciptaan-Nya. Ia dapat abadi mengembara
melebihi peluru atau anak sumpit, bukan budi bukan nyawa, bukan hidup
tanpa asal dari manapun, bukan pula kehendak tanpa tujuan. Dia itu yang
bersatu padu dengan wujud saya. Tiada susah payah, kodrat dan
kehendak-Nya, tiada kenal rintangan, sehingga pikiran keras dari
keinginan luluh tiada berdaya. Maka timbullah dari jiwa raga saya
kearif-bijaksanaan saya menjumpai ia sudah ada di sana.




009. Syehk Lemah Bang
namaku, Rasulullah ya aku sendiri, Muhammad ya aku sendiri,Asma Allah
itu sesungguhya dirilu, ya akulah yang menjadi Allah ta’ala.




010. Jika Anda
menanyakan di mana rumah Tuhan, maka jawabnya tidaklah sukar. Allah
berada pada Dzat yang tempatnya tidak jauh, yaitu berada dalam tubuh
manusia. Tapi hanya orang yang terpilih saja yang bisa melihatnya,
yaitu orang-orang suni.




011. Rahasia kesadaran kesejatian kehidupan, ya ingsun ini
kesejahteraan kehidupan, engkau sejatinya Allah, ya ingsun sejatinya
Allah; yakni wujud yang berbentuk itu sejati itu sejatinya Allah, sir
(rahasia) itu Rasulullah, lisan (pengucap) itu Allah, jasad Allah badan
putih tanpa darah, sir Allah, rasa Allah, rahasia rasa kesejatian
Allah, ya ingsun (aku) ini sejatinya Allah.




012. Adanya kehidupan
itu karena pribadi, demikian pula keinginan hidup itupun ditetapkan
oleh diri sendiri, tidak mengenal roh, yang melestarikan kehidupan,
tiada turut merasakan sakit ataupun lelah. Suka dukapun musnah karena
tidak diinginkan oleh hidup. Dengan demikian hidupnya kehidupan itu
berdiri sendiri.




013. Dzat wajibul
maulana adalah yang menjadi pemimpin budi yang menuju ke semua
kebaikan. Citra manusia hanya ada dalam keinginan yang tunggal. Satu
keinginan saja belum tentu dapat dilaksanankan dengan tepat, apalagi
dua. Nah cobala untuk memisahkan Dzat wajibul maulana dengan budi, agar
supaya manusia dapat menerima keinginan yang lain.




014. Hyang Widi, kalau
dikatakan dalam bahasa di dunia ini adalah baka bersifat abadi, tanpa
antara tiada erat dengan sakit apapun rasa tidak enak, ia berada baik
disana, maupun di sini, bukan ini bukan itu. Oleh tingkah yang banyak
dilakukan dan yang tidak wajar, menuruti raga, adalah sesuatu yang
baru.




015. Gagasan adanya
badan halus itu mematikan kehendak manusia. Di manakah adanya Hyang
Sukma, kecuali hanya diri pribadi. Kelilingilah cakrawala dunia,
membubunglah ke langit yang tinggi, selamilah dalam bumi sampai lapisan
ke tujuh, tiada ditemukan wujud yang mulia.




016. Kemana saja sunyi
senyap adanya; ke Utara, Selatan, Barat, Timur dang Tengah, yang ada di
sana hanya adanya di sini. Yang ada di sini bukan wujud saya. Yang ada
dalam diriku adalah hampa dan sunyi. Isi dalam daging tubuh adalah isi
perut yang kotor. Maka bukan jantung bukan otak yang pisah dari tubuh,
laju peasat bagaikan anak panah lepas dari busur, menjelajah Mekkah
dan Madinah.




017. Saya ini bukan
budi, bukan angan-angan hati, bukan pikiran yang sadar, bukan niat,
buka udara, bukan angin, bukan panas, dan bukan kekosongan atau
kehapaan. Wujud saya ini jasad, yang akhirnya menjadi jenazah, busuk
bercampur tanah dan debu. Napas saya  mengelilingi dunia, tanah, api,
air, dan udara kembali ke tempat asalnya, sebab semuanya barang baru
bukan asli.




018. Maka saya ini Dzat
sejiwa yang menyatu, menyukma dalam Hyang Widi. Pangeran saya bersifat
Jalil dan Jamal, artinya Maha Mulia dan Maha Idah. Ia tidak mau sholat
atas kehendak sendiri, tidak pula mau memerintah untuk shalat kepada
siapapun. Adapun shalat itu budi yang menyuruh, budi yang laknat dan
mencelakakan, tidak dapat dipercaya dan dituruti, karena perintahnya
berubah-ubah. Perkataannya tidak dapat dipegang, tidak jujur, jika
dituruti tidak jadi dan selalu mengajak mencuri.




019. Syukur kalau saya
sampai tiba di dalam kehidupan yang sejati. Dalam alam kematian ini
saya kaya akan dosa. Siang malam saya berdekatan dengan api neraka.
Sakit dan sehat saya temukan di dunia ini. Lain halnya apabila saya
sudah lepas dari alam kematian. Saya akan hidup sempurna, langgeng
tiada ini dan itu.




020. Menduakan kerja
bukan watak saya. Siapa yang mau mati dalam alam kematian orang kaya
akan dosa. Balik jika saya hidup yang tak kekak ajal, akan langeng
hidup saya, tida perlu ini dan itu. Akan tetapi saya disuruh untuk
memilih hidup ayau mati saya tidak sudi. Sekalipun saya hidup, biar
saya sendiri yang menetukan.




021. …….Betapa banyak
nikmat hidup manfaatnya mati. Kenikmatan ini dijumpai dalam mati, mati
yang sempurna teramat indah, manusia sejati adalah yang sudah meraih
ilmu. Tiada dia mati, hidup selamanya, menyebutnya mati berarti syirik,
lantaran tak tersentuh lahat, hanya beralih tempatlah dia memboyong
kratonnya.




022. Aku angkat saksi
dihadapan Dzat-KU sendiri, susungguhnya tidak ada Tuhan selain Aku. Dan
Aku angkat saksi sesungguhnya Muhammad itu utusan-KU, susungguhny yang
disebut Allah adalah ingsun (aku) diri sendiri. Rasul itu
rasul-KU, Muhammad itu cahaya-KU, aku Dzat yang hidup yang tak kena
mati, Akulah Dzat yang kekal yang tidak pernah berubah dalam segala
keadaan. Akulah Dzat yang bijaksana tidak ada yang samar sesuatupun,
Akulah Dzat Yang Maha Menguasai, Yang Kuasa dan Yang Bijaksana, tidak
kekurangan dalam pegertian, sempurna terang benderang, tidak terasa
apa-apa, tidak kelihatan apa-apa, hanyalah aku yang meliputi sekalian
alam dengan kodrat-KU.




023. Janganlah ragu dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah keberadaan Allah. Disebut Imannya Iman.




024. Jangalah ragu dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah tempat manunggalnya Allah. Disebut Imannya Tauhid.




025. Jangalah ragu dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah sifatnya Allah. Disebut Imannya Syahadat.




026. Jangalah ragu dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah kewaspadaan Allah. Disebut Imannya Ma’rifat.




027. Jangalah ragu dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah menghadap Allah. Disebut Imannya Shalat.




028. Jangalah ragu dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah kehidupannya Allah. Disebut Imannya Kehidupan.




029. Jangalah ragu dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah kepunyaan dan keagungan Allah. Disebut Imannya Takbir.




030. Jangalah ragu dan janganlah menyekutukan, sebab engkau adalah pertemuan Allah. Disebut Imannya Saderah.




031. Jangalah ragu dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah kesucian Allah. Disebut Imannya Kematian.




032. Jangalah ragu dan janganlah menyekutukan, sebab engkau adalah wadahnya Allah. Disebut Imannya Junud.




033. Jangalah ragu dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah bertambahnya nikmat dan anugrah Allah. Disebut Imannya Jinabat.




034. Jangalah ragu dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah asma Nama Allah. Disebut Imannya Wudlu.




035. Jangalah ragu dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah ucapan Allah. Disebut Imannya Kalam.




036. Jangalah ragu dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah juru bicara Allah. Disebut Imannya Akal.




037. Jangalah ragu dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah wujud Allah, yaitu tempat berkumpulnya seluruh jagad makrokosmos,
dunia akhirat, surga neraka,arsy kursi, loh kalam, bumi langit,
manusia, jin, iblis laknat, malaikat, nabi, wali, orang mukmin, nyawa
semua, itu berkumpul di pucuknya jantung, yang disebut alam khayal (ala al-khayal). Disebut Imannya Nur Cahaya.




038. Yang disebut
kodrat itu yang berkuasa, tiada yang mirip atau yang menyamai.
Kekuasannya tanpa piranti, keadaan wujudnya tidak ada baik luar maupun
dalam merupakan kesatuan, yang beraneka ragam.




039. Iradat artinya
kehendak yang tiada membicarakan, ilmu untuk mengetahui keadaan, yang
lepas jah dari panca indra bagaikan anak gumpitan lepas tertiup.




040. Inilah maksudnya syahadat: Asyhadu berarti jatuhnya rasa, Ilaha berarti kesetian rasa, Ilallah berarti bertemunya rasa, Muhammad berartihasil karya yang maujud dan Pangeran berarti kesejatian hidup.




041. Mengertilah bahwa
sesungguhnya inisyahadat sakarat, jika tidak tahu maka sakaratnya masih
mendapatkan halangan, hidupnya dan matinya hanya sperti hewan.




042. Syahadat allah,
allah badan lebur menjadi nyawa, nyawa lebur menjadi cahaya, cahaya
lebur menjadi roh, roh lebur menjadi rasa, rasa lebur sirna kembali
kepada yang sejati, tinggalah hanya Allah semata yang abadi dan
terkematian. (Terjemahan dalam Bahasa Indonesia).




043. Syahadat Ananing Ingsun,
Asyhadu keberadaan-KU, La Ilaha bentuk wajahku, Ilallah Tuhanku,
sesungguhnya tidak ada Tuhan selain Aku, yaitu badan dan nyawa
seluruhnya.  (Terjemahan dalam Bahasa Indonesia).




044. Syahadat Panetep Panatagana
yaitu, yang menjdai bertempatnya Allah, menghadap kepada Allah,
bayanganku adalah roh Muhammad, yaitu sejatinya manusia, yaitu wujudnya
yang sempurna. (Terjemahan dalam Bahasa Indonesia).




045. Kenikmatan mati
tak dapat dihitung ….tersasar, tersesat, lagi terjerumus, menjadikan
kecemasan, menyusahkan dalam patihnya, justru bagi ilmu orang remeh…..




046. Segala sesuatu
yang wujud, yang tersebar di dunia ini, bertentangan denga sifat
seluruh yang diciptakan, sebab isi bumi itu angkasa yang hampa.




047. Shalat limakali
sehari adalah pujian dan dzikir yang merupakan kebijaksanaan dalam hati
menurut kehendak pribadi. Benar atau salah pribadi sendiri yang akan
menerima, dengan segala keberanian yang dimiliki.




048. Pada permulaan
saya shalat, budi saya mencuri, pada waktu saya dzikir, budi saya
melepaskan hati, menaruh hati kepada seseorang, kadang-kadang
menginginkan keduniaan yang banyak, lain dengan Dzat Maha yang bersama
diriku, Nah, saya inilah Yang Maha Suci, Dzat Maulana yang nyata, yang
tidak dapat dipikirkan dan tidak dapat dibayangkan.




049. Syahadat, shalat,
dan puasa itu adalah amalan yang tidak diinginkan, oleh karena itu
tidak perlu dilakukan. Adapun zakat dan naik haji ke Makkah, keduanya
adalah omong kosong. Itu semua adalah palsu dan penipuan terhadap
sesama manusia. Menurut para auliya’ bila manuasia melakukannya maka
dia akan dapat pahala itu adalah omong kosong, dan keduanya adalah
orang yang tidak tahu.




050. Tiada pernah saya
menuruti perintah budi, bersujud-sujud di masjid mengenakan jubah,
pahalanya besok saja, bila dahi sudah menjadi tebal, kepala, berbelang.
Sesungguhnya hal itu tidak masuk akal. Di dunia ini semua manusia
adalah sama. Mereaka semua mengalami suka duka, menderita sakit dan
duka nestapa, tiada bedanya satu dengan yang lain. Oleh karena itu
saya, Siti Jenar, hanya setia pada satu hal, saja, yaitu Gusti Dzat
Maulana.




051. ….Gusti Dzat
Maulana. Dialah yang luhur dan sangat sakti, yang berkuasa Maha Besar,
lagi pula memiliki dua puluh sifat, kuasa atas segala kehendak-Nya.
Dialah Maha Kuasa pangkal mula segala ilmu, Maha Mulia, Maha Indah,
Maha Sempurna, Maha Kuasa, Rupa warna-nya tanpa cacat, seperti
hamba-Nya. Di dalam raga manusia ia tiada tanpak. Ia sangat sakti
menguasai segala yang terjadi, dan menjelajahi seluruh alam semesta, Ngindraloka.




052. Hyang Widi, wjud
yang tak tampak oleh mata, mirip dengan ia sendiri, sifat-sifatnya
mempunyai wujud, sperti penampakan raga yang tiada tanpak. Warnanya
melambangkan keselamatan, tetapi tanpa cahaya atau teja, halus, lurus
terus menerus, menggambarkan kenyataan tiada dusta, ibaratnya kekal
tiada bermula, sifat dahulu yang meniadakan permulaan, karena asal diri
pribadi.




053. Mergertilah bahwa
sesungguhnya ini syahadat sakarat, jika tidak tahu maka sekaratnya
masih mendapatkan halangan, hidupnya dan matinya hanya seperti hewan.




054. Syekh Siti Jenar mengetahui benar di mana kemusnahan anta ya mulya, yaitu Dzat yang melanggengkan budi, berdasarkan dalil ramaitu,
ialah dalil yang dapat memusnahkan beraneka ragam selubung, yaitu
dapat lepas bagaikan anak panah, tiada dapat diketahui di mana
busurnya. Syari’at, tarekat, hakekat, dan ma’rifat musnah tiada
terpikirkan. Maka sampailah Syekh Siti Jenar di istana sifat yang
sejati.




055. Kematian ada dalam
hidup, hidup ada dalam mati. Kematian adalah hidup selamanya yang
tidak mati, kembali ke tujuan dan hidup langgeng selamanya, dalam hidup
ini adalah ada surga dan neraka yang tidak dapat ditolak oleh manusia.
Jika manusia masuk surga berarti ia senang, bila manusia bingung,
kalut, risih, muak, dan menderita berarti ia masuk neraka. Maka
kenikmatan mati tak dapat dihitung.




056. Hidup itu bersifat
baru dan dilengkapi dengan panca indera. Panca indera ini merupakan
barang pinjaman, yang jika sudah diminta oleh yang mempunyai, akan
menjadi tanah dan membusuk, hancur lebur bersifat najis. Oleh karena
itu panca indera tidak dapat dipakai sebagai pedoman hidup. Demikian
pula budi, pikiran, angan-angan dan kesadaran, berasal dari panca
indera, tidak dapat dipakai sebagai pegangan hidup. Akal dapat menjadi
gila, sedih, bingung, lupa, tidur dan sering kali tidak jujur. Akal itu
pula yang siang malam mengajak kita berbuat dengki, bahkan merusak
kebahagiaan orang lain. Dengki juga akan menimbulkan kejahatan,
kesombongan yang pada akhirnya membawa manusia ke dalam kenistaan dan
menodai citranya. Kalau sudah sampai sedemikian parahnya manusia
biasanya baru menyesali perbuatannya.




057. Apakah tidak tahu
bahwa penampilan bentuk daging, urat, tulang, dan sumsum busa rusak dan
bagaimana cara Anda memperbaikinya. Biarpun bersembahyang seribu kali
setiap barinya akhirnya mati juga. Meskipun badan Anda, Anda tutupi
akhirnya kena debu juga. Tetapi jika penampilan bentuknya seperti
Tuhan, apakah para wali dapat membawa pulang dagingnya, saya rasa tidak
dapat. Alam semesta ini adalah baru. Tuhan tidak akan membentuk dunia
ini dua kali dan juga tidak akan membuat dunia ini dua kali dan juga
tidak akan membuat tatanan baru.




058. Segala sesuatu
yang terjadi di alam ini pada hakikatnya adalah perbuatan Allah.
Berbagai hal yang dinilai baik maupun buruk pada hakikatnya adalah dari
Allah juga. Jadi sangat salah besar bila ada yang menganggap bahwa
yang baik itu dari Allah dan yang buruk adalah dari selain Allah. Oleh
karena itu Af’al allah harus dipahami dari
dalam dan dari luar diri manusia. Misalnya saat manusia menggoreskan
pensil, di situlah terjadi perpaduan dua kemampuan kodrati yang
dipancarkan oleh Allah kepada makhluk-Nya, yaitu kemampuan gerak
pensil. Tanah yang terlempar dari tangan seseorang itu adalah berdasar
kemampuan kodrati gerak tangan seseorang, ”maksudnya bukanlah engkau
yang melempar, melainkan allah yang melempar ketika engkau melempar.




059. Di dunia ini kita
merupakan mayat-mayat yang cepat juga akan menjadi rusak dan bercampur
tanah. Ketahuilah juga bahwa apa yang dinamakan kawulo-gusti tidak
berkaitan dengan seorang manusia biasa seperti yang lain-lain. Kawulo
dan Gusti itu sudah ada dalam diriku, siang dan malam tidak dapat
memisahkan diriku dari mereka. Tetapi hanya untuk saat ini nama
kawula-gusti itu belaku, yakni selama saya mati. Nanti kalau saya sudah
hidup lagi, gusti dan kawulo lenyap, yang tinggal hanya hidupku
sendiri, ketentraman langgeng dalam Anda sendiri. Bial kamu belum
menyadari kata-kataku, maka dengan tepat dapat dikatakan bahwa kamu
masih terbenam dalam masa kematian. Di sini memang terdapat banyak
hihuran macam warna. Lebih banyak lagi hal-hal yang menimbulkan hawa
nafsu. Tetapi kau tidak melihat, bahwa itu hanya akibat panca indera.
Itu hanya impian yang sama sekali tidak mengandung kebenaran dan
sebentar lagi akan cepat lenyap. Gilalah orng yang terikat padanya. Saya
tidak merasa tertarik, tak sudi tersesat dalam kerajaan kematian,
satu-satunya yang ku usahakan ualah kembali kepada kehidupan.




060. Bukan kehendak,
angan-angan, bukan ingatan, pikir atau niat, hawa nafsupun bukan, bukan
juga kekosongan atau kehampaan, penampilanku bagai mayat baru, andai
menjadi gusti jasadku dapat busuk bercampur debu, napsu terhembus ke
segala penjuru dunia, tanah, api, air kembali sebagai asalnya, yaitu
kembali menjadi baru.




061. Bumi, langit dan
sebagainya adalah kepunyaan seluruh manusia. Manusialah yang memberi
nama. Buktinya sebelum saya lahir tidak ada.




062. Sesungguhnya pada
hakikatnya tidak ada perbedaan antara ajaran Islam dengan Syiwa Budha.
Hanya nama, bahasa, serta tatanan yang berbeda. Misalnya dalam Syiwa
Budha dikenal Yang Maha Baik dan Pangkal Keselamatan, sementara dalam
Islam kita mengenal Allah al Jamal dan as Salam. Jika Syiwa dkenal sebagai pangkal penciptaan yang dikenal dengan Brahmana maka dalam Islam kita mengenal al Khaliq.         Syiwa sebagai penguasa makhluk disebut Prajapati, maka dalam Islam kita mengenal al Maliku al Mulki. Jika Syiwa Maha Pemurah dan Pengasih disebut Sankara, maka dalam Islam kita mengena ar-Rahman dan ar-Rahim.




063. Kehilangan adalah
kepedihan. Berbahagialah engkau, wahai musafir papa, yang tidak
memiliki apa-apa maka tidak akan pernah kehilangan apa-apa.




064. Jika engkau kagum
kepada seseorang yang engkau anggap Wali Allah, jangan engkau
terpancang pada kekaguman akan sosok dan perilaku yang diperbuatnya.
Sebab saat seseorang berada pada tahap kewalian, maka keberadaab
dirinya sebagi manusia telah lenyap, tenggelam ke dalam          al Waly.




065. Kewalian bersifat terus menerus, hanya saja saat tenggelam dalam al Waly. Berlangsungnya Cuma beberapa saat. Dan saat tenggelam ke dalam al Waly itulah sang wali benar-benar menjadi pengejawantahan al Waly.
Lanaran itu sang wali memiliki kekeramatan yang tidak bisa diukur
dengan akal pikiran manusia, dimana karamah itu sediri pada hakekatnya
pengejawantahan al Waly. Dan lantaran itu
pila yang dinamakan karamah adalah sesuatu diluar kehendak sang wali
pribadi. Semua itu semata-mata kehendak-Nya mutlak.




066. Kekasih Allah itu
ibarat cahaya. Jika ia berada di kejahuan, kelihatan sekali terangnya.
Namun jika cahaya itu didekatkan ke mata, mata kita akan silau dan
tidak bisa melihatnya dengan jelas. Semakin dekat cahaya itu kemata
maka kita akan semakin buta tidak bisa melihatnya.




067. Engkau bisa
melihat cahaya kewalian pada diri seseorang yang jauh darimu. Nemun
engkau tidak bisa melihat cahaya kewalian yang memancar dari diri
orang-orang yang terdekat denganmu.




068. Saya hanya akan
memberi sebuah petunjuk yang bisa digunakan untuk meniti jembatam
(shiratal mustaqim) ajaib ke arahnya. Saya katakan ajaib karena
jembatan itu bisa menjauhkan sekaligus mendekatkan jarak mereka yang
meniti dengan tujuan yang hendak dicapai.




069. Bagi kalangan
awan, istighfar lazimnya dipahami ebagai upaya memohon ampun kepada
Allah sehingga mereka memperoleh pengampunan. Tetapi bagi para salik,
istighfar adalah upaya pembebasan dari belenggu kekakuan kepada Allah
sehingga memperoleh ampun yang menyingkap tabir ghaib yang menyelubungi manusia. Sesungguhnya di dalam asma al Ghaffar terangkum makna Maha Pengampun dan juga Maha menutupi, Maha Menyembunyikan dan Maha Menyelubungi.




070. Semua itu terika
itu benar, hanya nama dan caranya saja yang berbeda. Justru ”cara” itu
menjadi salah dan sesat ketika sang salik melihat menilai terlalu
tinggi ”cara” yang diikutinya sehinga menafikan ”cara” yang lain.




071. Semua rintangan
manusia itu berjumlah tujuh, karena kita adalah makhluk yang hidup di
atas permukaan bumi. Allah membentangkan tujuh lapis langit yang kokoh
di atas kita, sebagaimana bumipun berlapis tujuh, dan samuderapun
berlapis tujuh. Bahkan neraka berlapis tujuh. Tidakkah anda ketahui
bahwa suragapun berjumlah tujuh. Tidakkah Anda ketahui bahwa dalam
beribadaaah kepada Allah manusia diberi piranti tujuh ayat yang
diulang-ulang dari Al-Quran untuk menghubungkang dengan-Nya? Tidakkah
Anda sadari bahwa saat Anda sujud anggota badan Anda yang menjadi
tumpuan?




072. Di dunia manusia
mati. Siang malam manusia berpikir dalam alam kematian, mengharap-harap
akan permulaan hidupnya. Hal ini mengherankan sekali. Tetapi
sesungguhnya manusia di dunia ini dalam alam kematian, sebab di dunia
ini banyak neraka yang dialami. Kesengsaraan, panas, dingin,
kebingungan, kekacauan, dan kehidupan manusia dalam alam yang nyata.




073. Dalam alam ini
manusia hidup mulia, mandiri diri pribadi, tiada diperlukan lantaran
ayah dan ibu. Ia beberbuat menurut keingginan sendiri tiada berasal
dari angin, air tanah, api, dan semua yang serba jasad. Ia tidak
menginginkan atau mengaharap-harapkan kerusakan apapun. Maka apa yang
disebut Allah ialah barang baru, direka-reka menurut pikiran dan
perbuatan.




074. Orang-orang muda
dan bodoh banyak yang diikat oleh budi, cipta iblis laknat, kafir,
syetan, dan angan-angan yang muluk-muluk, yang menuntun mereka ke yang
bukan-bukan. Orang jatuh ke dalam neraka dunia karena ditarik oleh
panca indera, menuruti nafsu catur warna : hitam, merah, kuning, serta
putih, dalam jumlah yang besar sekali, yang masuk ke dalam jiwa
raganya.




075. Saya merindukan
hidup saya dulu, tatkala saya masih suci tiada terbayangkang, tiada
kenal arah, tiada kenal tempat, tiada tahu hitam, merah, putih, hijau,
biru dan kuning. Kapankah saya kembali ke kehidupan saya yang dulu?
Kelahiranku di dunia alam kematian itu demikian susah payahnya karena
saya memiliki hati sebagai orang yang mengandung sifat baru.




076. Kelahiranku di dunia kematian itu demikian susah payahnya karena saya memiliki hati sebagai orang yang mengandung sifat baru.




077. Keinginan baru,
kodrat, irodat, samak, basar dan ngaliman )’aliman). Betul-betul terasa
amat berat di alam kematian ini. Panca pranawa kudus, yaitu lima
penerangan suci, semua sifat saya, baik yang dalam maupun yang luar,
tidak ada yang saya semuanya iti berwujud najis, kotor dan akan menjadi
racun. Beraneka ragam terdapat tersebut dalam alam kematian ini. Di
dunia kematian, manusia terikat oleh panca indera, menggunakan
keinginan hidup, yang dua puluh sifatnya, sehingga saya hampir
tergila-gila dalam dan kematian ini.




078. Hidup itu bersifat
baru dan dilengkapi dengan panca indera. Panca indera ini merupakan
barang pinjaman, yang jika sudah diminta oleh yang mempunyai, akan
menjadi tanah dan membusuk, hancur lebur bersifat najis, oleh karena
itu panca indera tidak dapat dipakai sebagai pedoman hidup. Demikian
pula budi, pikiran, angan-angan dan kesadaran, berasal dari panca
indera, tidak dapat dipakai sebagai pandangan hidup. Akal dapat menjadi
gila, sedih, bingung, lupa, tidur dan sering kali tidak jujur. Akal
itu pula yang siang malam mengajak kita berbuat dengki, bahkan merusak
kebahagian orang lain. Dengki juga akan menimbulkal kejahatan,
kesombongan yang pada akhirnya membawa manusia ke dalam kenistaan dan
menodai citranya. Kalau sudah samapai sedemikian parahnya manuasia
biasanya baru menyesali perbuatannya.







079. Apakah tidak tahu
bahwa penampilan bentuk daging, urat, sungsum, bisa merusak dan
bagaimana cara anda memperbaikinya. Biarpun bersembahyang seribu kali
tiap harinya akhirnya mati juga. Meskipun badan anda, anda tutupi
akhirnya kena debu juga. Tetapi jika penampilan bentuknya seperti
Tuhan, apakah para wali dapat membawa pulang dagingnya, saya rasa tidak
dapat. Alam semesta ini adalah baru. Tuhan tidak akan membentuk dunia
ini dua kali dan juga tidak akan membuat tatanan baru.




080. mayat-mayat
berkeliaran kemana-mana, ke Utara dan ke Timur, mencari makan dan
sandang yang bagus dan permata serta perhiasan yang berkilauan, tanpa
mengetahui bahwa mereka adalah mayat-mayat belaka. Yang naik kereta,
dokar atau bendi itu juga mayat, meskipun seringkali ia berwatak keji
terhadap sesamanya.




081. Orang
yang dihadapi oleh hamba sahayanya, duduk di kursi, kaya raya,
mempunyai tanah dan rumah yang mewah, mereka sangat senang dan bangga.
Apakah ia tidak tahu, bahwa semua benda yang terdapat di dunia akan
musnah menjadi tanah. Meskipun demikia ia bersifat sombong lagi congkak.
Oh, berbelas kasihan saya kepadanya. Ia tidak tahu akan sifat-sifat
dan citra dirinya sebagai mayat. Ia merasa dirinya yang paling cukup
pandai.




082. Di alam
kematian ada surga dan neraka, dijumpai untung serta sial. Keadaan di
dunia seperti ini menurut Syekh Siti Jenar, sesuai dengan dalil
Samarakandi ”al mayit pikruhi fayajitu kabilahu” artinya Sesungguhnya orang yang mati, menemukan jiwa raga dan memperoleh pahala surga serta neraka.




083. ”Keadaan
itulah yang dialami manusia sekarang” demikian pendapat Syekh Siti
Jenar, yang pada akhirnya Siti Jenar siang malam berusaha untuk
mensucikan budi serta menguasai ilmu luhur dengan kemuliaan jiwa.




084. Di alam kematian
terdapat surga dan neraka, yakni bertemu dengan kebahagian dan
kecelakaan, dipenuhi oleh hamparan keduniawian. Ini cocok dengan dalil
Samarakandi analmayit pikutri, wayajidu katibahu. Sesungguhnya orang mati itu akan mendapatkan raga bangkainya, terkena pahala surga serta neraka.




085. Surga
neraka tidaklah kekal dan dapat lebur, ataupun letaknya hanya dalam
rasa hati masing-masing pribadi, senang puas itulah surga, adapun
neraka ialah jengkel, kecewa dalam hati. Bahwa surga neraka terdapat dia
akhirat. Itulah hal yang semata khayal tidak termakan akal.




086.
Sesungguhnya, meurut ajaran Islam pun, surga dan neraka itu tidak
kekal. Yang menganggap kekal surga neraka itu adalah kalangan awam.
Sesungguhnya mereka berdua wajib rusak dan binasa. Hanya Allah Dzat yang
wajib abadi, kekal, langgeng, dan azali.




087. Sesungguhnya, tempat kebahagian dan kemulian yang disebut swarga oleh orang-orang Hindu-Budha, di dalam Islam disebut dengan nama Jannah
(taman), yang bermakna tempat sangat menyenangkan yang di dalamnya
hanya terdapat kebahagian dan kegembiraan. Hampir mirip dengan swarga
yang dikenal di dalam Syiwa-Budha, di dalam Islam dikenal ada tujuh
surga besar yang disebut ’alailliyyin,al-Firdaus, al-Adn, an-Na’im, al-Khuld, al-Mawa, dan Darussalam. Di surga-surga itulah amalan orang-orang yang baik ditempatkan sesuai amal ibadahnya selam hidup di dunia.




088. Sementara
itu, tidak berbeda dengan ajaran Syiwa-Budha yang meyakini adanya Alam
Bawah, yaitu neraka yang bertingkat-tingkat dan jumlahnya sebanyak
jenis siksaan, Islam pun mengajarkan demikian. Jika dalam ajaran
Syiwa-Budha dikenal ada tujuh neraka besar yaitu, Sutala, Wtala, Talata, Mahatala, Satala, Atala, dan Patala. Maka dalam Islam juga dikenal tingkatan neraka yaitu, Jahannam, Huthama, Hawiyah, Saqar, Jahim, dal Wail.




089.
Sebetulnya yang disebut awal dan akhir itu berda dalam cipta kita
pribadi, seumpama jasad di dalam kehidupan ini sebelum dilengkapi dengan
perabot lengkap, seperti umur 60 tahun, disitu masih disebut sebagai
awal, maka disebut masyriq (timur) yang maknanya mengangkat atau awal penetapan manusia, serta genapnya hidup.




090. Yang saya
sebut Maghrib (Barat) itu penghabisan, maksudnya saat penghabisan
mendekati akhir, maksudnya setelah melali segala hidup di dunia. Maka,
sejatinya awal itu memulai, akhir mengakhiri. Jika memang bukan adanya
zaman alam dunia atau zaman akhirat, itu semua masih dalam keadaan
hidup semua.




091. Untuk keadaan
kematian saya sebut akhirat, hanyalah bentuk dari bergantinya keadaan
saja. Adapun sesungguhnya mati itu juga kiamat. Kiamat itu perkumpulan,
mati itu roh, jadi semua roh itu kalau sudah menjadi satu hanya
tinggal kesempurnaannya saja.




092. Moksanya roh saya
sebut mati, karena dari roh itu terwujud keberadaan Dzat semua,
letaknya kesempurnaan roh itu adalah musnahnya Dzat. Akan tetapi bagi
penerapan ma’rifat hanya yang waspada dan tepat yang bisa menerapkan
aturannya. Disamping semua itu, sesungguhnya semuanya juga hanya akan
kembali kepada asalnya masing-masing.




093. Ketahuilah, bahwa
surga dan neraka itu dua wujud, terjadinya dari keadaan, wujud makhluk
itu dari kejadian. Surga dan neraka sekarang sudah tampak, terbentuk
oleh kejadian yang nyata.




094. Saya berikan
kiasan sebagai tanda bukti adanya surga, sekarang ini sama sekali
berdasarkan wujud dan kejadian di dunia. Surga yang luhur itu terletak
dalam perasaan hati yang senang. Tidak kurang orang duduk dalam kereta
yang bagus merasa sedih bahkan menangis tersedu-sedu, sedang seorang
pedagang keliling berjalan kaki sambil memikul barang dangangannya
menyanyi sepanjang jalan. Ia menyanyikan berbagai macam lagu dengan
suara yang terdengar mengalun merdu, sekalipun ia memikul, menggendong,
menjinjing atau menyunggi barang dagangannya pergi ke Semarang. Ia itu
menemukan surganya, karena merasa senang dan bahagia. Ia tidur di
rumah penginapan umum, berbantal kayu sebagai kalang kepala, dikerumuni
serangga penghisap darah, tetapi ia dapat tidur nyenyak.




095. Orang disurga
segala macam barang serba ada, kalau ingin bepergian serba enak, karena
kereta bendi tersedia untuk mondar-mandir kemana saja. Tetapi apabila
nerakanya datang, menangislah ia bersama istri atau suaminya dan
anak-anaknya.




096. Manusia yang
sejati itu ialah yang mempunyai hak dan kekuasaan Tuhan yang Maha
Kuasa, serta mandiri diri pribadi. Sebagai hamba ia menjadi sukma,
sedang Hyang Sukma menjadi nyawa.  Hilangnya nyawa bersatu padu dengan
hampa dan kehampaan ini meliputi alam semesta.




097. Adanya Allah
karena dzikir, sebab dengan berdzikir orang menjadi tidak tahu akan
adanya Dzat dan sifat-sifatnya. Nama untuk menyebut Hyang Manon, yaitu
Yang Maha Tahu, menyatukan diri hingga lenyap dan terasa dalam pribadi.
Ya dia ya saya. Maka dalam hati timbul gagagasan, bahwa ia yang
berdzikir menjadi Dzat yang mulia. Dalam alam kelanggengan yang masih
di dunia ini, dimanapun sama saja, hanya manusia yang ada. Allah yang
dirasakan adanya waktu orang berdzikir, tidak ada, jadi gagasan yang
palsu, sebab pada hakikatnya adanya Allah yang demikian itu hanya
karena nama saja.




098. Manusia yang
melebihi sesamanya, memiliki dua puluh sifat, sehingga dalam hal ini
antara agama Hindu-Budha Jawa dan Islam sudah campur. Di samping itu
roh dan nama sudah bersatu. Jadi tiada kesukaran lagi mengerti akan hal
ini dan semua sangat mudah dipahami.




099. Manusia hidup
dalam alam dunia ini hanya mengadapai dua masalah yang saling
berpasangan, yaitu baik buruk berpasangan dengan kamu, hidup berjodoh
dengan mati, Tuhan berhadapan dengan hambanya.




100. Orang hidup tiada
mersakan ajal, orang berbuat baik tiada merasakan berbuat buruk dan
jiwa luhur tiada bertempat tinggal. Demikianlah pengetahuan yang
bijaksana, yang meliputi cakrawala kehidupan, yang tiada berusaha
mencari kemuliaan kematian, hidup terserah kehendak masing-masing.




101. Keadaan hidup itu
berupa bumi, angkasa, samudra dan gunung seisinya, semua yang tumbuh di
dunia, udara dan angin yang tersebar di mana-mana, matahari dan bulan
menyusup di langit dan keberadaan manusia sebagai yang terutama.




102. Allah bukan johor manik, yaitu ratna mutu manikam, bukan jenazah dan rahasia yang gaib. Syahadat itu kepalsuan.




103. akhirat di dunia ini tempatnya. Hidup dan matipun hanya didunia ini.




104. Bayi itu berasal
dari desakan. Setelah menjadi tua menuruti kawan. Karena terbiasa waktu
kanak-kanak berkumpul dengan anak, setelah tua berkumpul dengan orang
tua. Berbincang-bincanglah mereka tentang nama sunyi hampa, saling
bohong membohongi, meskipun sifat-sifat dan wujud mereka tidak
diketahui.




105. Takdir itu tiada kenal mundur, sebab semuanya itu ada dalam kekuasaan Yang Murba Wasesa yang menguasai segala kejadian.




106. Orang mati tidak
akan merasakan sakit, yang merasakan sakit itu hidup yang masih mandiri
dalam raga. Apabila jiwa saya telah melakukan tugasnya, maka dia akan
kembali ke alam aning anung, alam yang tentram bahagia, aman damai dan
abadi. Oleh karena itu saya tidak takut akan bahaya apapun.




107. Menurut pendapat saya. Yang disebut ilmu itu ialah segala sesuatu yang tidak kelihatan oleh mata.




108. Mana ada Hyang
Maha Suci? Baik di dunia maupun di akhirat sunyi. Yang ada saya
pribadi. Sesungguhnya besok saya hidup seorang diri tanpa kawan yang
menemani. Disitulah Dzatullah mesra bersatu menjadi saya.




109. Karena saya di dunia ini  mati, luar dlam saya sekarang ini, yang di dalam hidupku besok, yang di luar kematianku sekarang.




110. Orang yang ingin
pulang ke alam kehidupan tidak sukar, lebih-lebih bagi murid Siti
Jenar, sebab ia sudah paham dengan mengusai sebelumnya. Di sini dia tahu
rasanya di sana, di sana dia tahu rasanya di sini.




111. Tiada bimbang akan
manunggalnya sukma, sukma dalam kehingan, tersimpan dati sanubari,
terbukalah tirai, tak lain antara sadar dan tidur, ibarat kaluar dari
mimpi, menyusupi rasa jati.




112. Manusia tidak boleh memiliki daya atau keinginan yang buruk dan jelek.




113. Manusia tidak boleh berbohong.




114. Manusia tidak boleh mengeluarkan suara yang jorok, buruk, saru, tidak enak didengar, dan menyakiti orang lain.




115. Manusia tidak boleh memakan daging (hewan darat, udara ataupun air).




116. Manusia tidak boleh memakan nasi kecuali yang terbuat dari bahan jagung.




117. Manusia tidak boleh mengkhianati terhadap sesama manusia.




118. manusia tidak boleh meminum air yang tidak mengalir.




119. Manusia tidak boleh membuat dengki dan iri hari.




120. Manusia tidak boleh membuat fitnah.




121. Manusia tidak boleh membunuh seluruh isi jagad.




122. manusia tidak boleh memakan ikan atau daging dari hewan yang rusuh, tidak patut, tidak bersisik, atau tidak berbulu.




123. Bila jiwa badan
lenyap, orang menemukan kehidupan dalam sukma yang sungguh nyata dan
tanpa bandingan. Ia dapat diumpamakan dengan isinya buah kamumu.
Pramana menampilkannya manunggal dengan asalnya dan dilahirkan olehnya.




124. tetapi yang kau
lihat, yang nampaknya sebagai sebuah boneka penuh mutiara bercahaya
indah, yang memancarkan sinar-sinar bernyala-nyala, itu dinamakan
pramana. Pramana itu kehidupan badan. Ia manunggal dengan badan, tetapi
tidak ambail bagian dalam suka dan dukanya. Ia berada di dalam badan.




125. Tanpa turut tidur
dan makan tanpa menderita kesakitan atau kelaparan. Bila ia terpisah
dari badan, maka badan ikut tertinggal tanpa daya, lemah. Pramana
itulah yang mampu mengemban rasa, karena ia dihidupi oleh sukma.
Kepadanya diberi anugrah mengemban kehidupan yang dipandang sebagai
rahasia rasa nya Dzat.




126. Penggosokan
terjadi karena digerakkan oleh agin. Dari kayu yang menjadi panas
muncullah asap, kemudian api. Api maupun asap keluar dari kayu.
Perhatikanlah saat permulaan segala sesuatu, segala yang dapat diraba
dengan panca indera, keluar dari yang tidak kelihatan tersembunya…..




127. Ada orang yang
menyepi dipantai. Mereka melakukan konsentrasi di tepi laut. Buka dua
hal yang mereka pikirkan. Hanya Pencipta semesta alam yang menjdai
pusat perhatiannya. Karena kecewa belum dapat berjumpa dengan-Nya, maka
mereka lupa makan dan tidur.




128. Badan jasmani disebut cermin lahir, karena merupakan cermin jauh dari apa yang dicari dalam mencerminkan wajah dia yan ber-paes. Cermin batin jauh lebih dekat.




129. Siang malam terus
menerus mereka lakukan shalat. Dengan tiada hentinya terdengarlah
pujian dan dzikir mereka. Dan kadang mereka mencari tempat lain dan
melakukan konsentrasi di kesunyian hutan. Luar biasalah usaha mereka,
hanya Penciptalahyang menjadi pusat pandangannya.




130. Badan cacat kita cela, keutamaan kerendahan hati kita puji, tetapi keadaan kita ialah digerakkan dan didorong olek sukma. Tetapi sukma  tidak tampak, yang nampak hanya adan.




131. Cermin batin itu
bukanlah cermin yang dipakai orang-orang biasa. Cermin ini sangat
istemewa, karena mendekati kenyataan. Bila kau mengetahui badan yang
sejati itulah yang dinamakan kematian terpilih.




132. Bila engkau melihat badanmu, Aku turut dilihat … Bila kau tidak memandang dirimu begitu, kau sungguh tersesat.




133. Sukma tidak jauh
dari pribadi. Ia tinggal di tempat itu jua. Ia jauh kalau dipandang
jauh, tetapi dekat kalau dianggap dekat. Ia tidak kelihatan, karean
antara Dia dan manusia terdapat kekuadaan-Nya yang meresapi
segala-galanya.




134. Hyang Sukma Purba
menyembunyikan Diri terhadap peglihatan, sehingga ia lenyap sama sekali
dan tak dapat dilihat. Kontemplasi terhadap Dia yang benar lenyap dan
berhenti. Jalan untuk menemukan-Nya dilacak kembali dari puncak gunung.




135. Tetapi Hyang Sukma
sendiri tidak dapat dilihat. Cepat orang turun dari gunung dan dengan
seksama orang melihat ke kiri ke kanan. Namun Dia tidak ditemukan, hati
orang itu berlalu penuh duka cita dan kerinduan.




136. Hendaklah waspada terhadap penghayatan roroning atunggil
agar tiada ragu terhadap bersatunya sukma, pengahayatan ini terbuka di
dalam penyepian, tersimpan di dalam kalbu. Adapun proses terungkapnya tabir penutup alam gaib,
laksana terlintasnya dlam kantuk bagi orang yang sedang mengantuk.
Penghayatan gaib itu datang laksana lintasan mimpi. Sesungguhnya orang
yang telah menghayati semacam itu berarti telah menerima anugrah Tuhan.
Kembali ke alam sunyi. Tiada menghiraukan kesenangan duniawi. Yang Maha
Kuasa telah mencakup pada dirinya. Dia telah kembali ke asal
mulanya…..




137. Mati raga
orang-orang ulama yang mengundurkan diri di dalam kesunyian hutan ialah
hanya memperhatikan yang satu itu tanpa membiarkan pandangan mereka
menyinpang. Mereka tidak menghiraukan kesukaran tempat tinggal mereka
hanya Dialah yang melindungi badan hidup mereka yang diperlihatkan. Tak
ada sesuatu yang lain yang mereka pandang, hanya Sang Penciptalah yang
mereka perhatikan.




138.    Yang menciptakan mengemudi
dunia adalah tanpa rupa atau suara. Kalbu manusia yang dipandang
sebagai wisma-Nya. Carilah Dia dengan sungguh-sungguh, jangan sampai
pandanganmu terbelah menjadi dua. Peliharalah baik-baik iman
kepercayaanmu dan tolaklah hawa nafsumu.




139. Bila kau masih
menyembah dan memuji Tuhan dengan cara biasa, kau baru memiliki
pengetahuan yang kurang sempurna. Jangan terseyum seolah-olah kau sudah
mengerti, bila kau belum mengetahui ilmu sejati. Itu semua hanya
berupa tutur kata. Adapun kebenaran sejati ialah meninggalkan sembah
dan pujian yang diungkapkan dengan kata-kata.




140. Sembah dan puji
sempurna ialah tidak memandang lagi adanya Tuhan, serta mengenai adanya
sendiri tidak lagi dipandang. Papan tulis dan tulisan sudah lebur,
kualitas tak ada lagi. Adamu tak dapat diubah. Lalu apa yang masih mau
dipandang. Tiadak ada lagi sesuatu. Maklumilah.
















silahkan anda Copy paste artikel diatas
tapi kalau anda tidak keberatan mohon cantumkan sumber dengan linkback ke blog ini.
terimakasih....!!!

0 komentar:

Posting Komentar