Sabtu, 27 Agustus 2011

Misteri Manusia Serigala (Werewolf), Apa Faktor Yang Menyebabkannya?



Hai bro jumpa lagi ya, nah sekarang topik kita beralih kemakhluk jadi-jadian dan sejenisnya, bagaimana kita melihat
transfigurasi seorang manusia menjadi manusia serigala/werewolf dan
kenapa mereka sampai mengalaminya, apakah disengaja atau tidak, disini
kita akan coba menelaahnya,
  bukan begitu bro..seep, sekarang sebelum ada yang berubah wujud baiknya kita langsung aja ke artikelnya, okey bro. cekidot.








Kisah
binatang jadi-jadian yang banyak terdengar dalam budaya masyarakat
kita, ternyata juga terdapat di belahan lain bumi. Bahkan ada seorang
tokoh dunia terkenal disebut pula sebagai salah satu pengidapnya.
Benarkah makhluk demikian ada, bagaimana pula muasal kelahirannya?


 


Walaupun
kedengarannya seperti sebuah kisah dalam film Holywood, namun, kisah
mengenai manusia yang dapat berubah menjadi serigala dapat ditemukan di
banyak negara di dunia.


Bahkan, kisah mengenai makhluk yang biasa dikenal dengan nama Werewolf atau Lycan ini bisa ditemukan di catatan-catatan Yunani kuno.






Begitu
beragamnya manusia jadi-jadian di bumi ini. Mulai dari manusia harimau
atau manusia beruang di kawasan Asia, manusia hyena yang hidup di
Afrika, manusia anjing di hutan coyote dan diburu di Amerika Tengah,
sedangkan manusia kadal terlihat berkeliaran di Selandia baru. 






Sama
halnya dengan mitos babi ngepet atau leak dalam sebagian masyarakat
kita, hingga orang Barat yang memfiksikannya dalam film semisal An American Werewolf in London (1981) dan Wolf (1994) yang diperani Jack Nicholson.




Ternyata
semua binatang jadi-jadian itu memiliki karakter serupa. Misalnya,
perubahan di malam hari, menularkan kemampuan berubah bentuk melalui
tetesan darah dalam gigitan, luka yang terjadi dalam bentuk binatang
juga muncul dalam wujud manusia, atau binatang jadi-jadian yang mati
untuk segera kembali berubah jadi manusia.






Benarkah Manusia Serigala Akibat Dari kutukan?




Herodotus, sejarawan Yunani dari abad V SM, mengatakan pada kurang lebih
 2.400 tahun lalu, bahwa penduduk di daerah yang sekarang bernama
Lithuania dan Polandia, mengaku berubah menjadi manusia serigala selama
beberapa hari dalam setahun.












Masa
itu manusia serigala adalah manusia dengan dorongan kuat memangsa
manusia lainnya. Melalui sihir mereka berubah menjadi serigala hitam
untuk memudahkan mewujudkan niatnya. Sekali berubah, menurut kepercayaan
lama, akan terus menyimpan kekuatan dan kelicikan serigala.






Baru
di abad 1 SM Virgil sebagai penulis Latin yang pertama kali
menyebut-nyebut soal takhayul ini, kemudian diikuti oleh Propertius,
Servius, dan Petronius. Petronius yang kepala urusan hiburan zaman
pemerintahan Kaisar Nero (54 – 68) bertutur tentang manusia serigala
dalam bentuk sastra roman Satyricon. Dengan bumbu terang bulan,
pekuburan, dan luka abadi setelah kembali jadi manusia, membuat roman
itu sebagai bacaan hiburan.






Namun
ada juga sebagian tradisi Roma dan Yunani menganggap manusia berubah
jadi serigala sebagai hukuman dewa, karena ia telah mempersembahkan
korban berupa manusia, seperti yang dikatakan Pliny seorang sejarawan
masa itu (61 – 113).






Meski
pada abad XVIII kisah tentang manusia serigala tidak lagi diterbitkan,
bukan berarti orang berkurang minat terhadap manusia serigala. Justru
kepercayaan itu demikian bertambah kuat, bahkan sering diterima sebagai
kebenaran, bukan lagi sebuah fiksi.






Bagaimanakah Karakteristik Manusia Serigala?








Menurut
legenda, pada saat bulan purnama, seorang manusia, dalam kondisi
tertentu akan berubah menjadi serigala. Tubuhnya akan menjadi tinggi dan
kuat. Matanya bersinar terang seperti hewan pada umumnya dan alisnya
yang lebat akan bertemu di tengah. Mulutnya terlihat selalu kering,
seperti orang yang kehausan.



Kulitnya kasar dan ditumbuhi bulu yang lebat. Telinganya berubah menjadi
lancip seperti anjing dengan gelambir yang menggantung di lehernya.
Bedanya dengan serigala asli,  manusia serigala tidak memiliki ekor.



Salah satu metode untuk mengidentifikasi manusia serigala/werewolf dalam
rupanya sebagai manusia adalah dengan melukai tubuhnya. Jika ia adalah
manusia serigala, maka di bagian tubuh yang terluka akan terlihat adanya
bulu seperti serigala.



Cara lainnya, menurut legenda Rusia, seorang manusia serigala/werewolf dapat dikenali dengan adanya bulu di bawah lidahnya.



Walaupun dalam film-film Holywood disebutkan kalau manusia
serigala/werewolf bisa dibunuh dengan peluru perak, karakteristik ini
tidak bisa ditemukan di dalam legenda.



Bagaimana cara berubah menjadi Manusia Serigala/Werewolf


  


Di
Italia, Perancis dan Jerman, disebutkan kalau seseorang dapat berubah
menjadi manusia serigala/werewolf dengan cara tidur di luar rumah pada
saat bulan purnama musim semi yang jatuh pada hari rabu atau jumat
tertentu.










Lalu, ada juga yang percaya kalau seseorang bisa berubah menjadi manusia
serigala/werewolf karena digigit oleh werewolf lain. Ini membuatnya
menjadi sama seperti legenda Vampire. Ada lagi yang percaya kalau
seseorang bisa berubah menjadi manusia serigala/werewolf karena dikutuk.



Tetapi, kebanyakan legenda percaya kalau transfigurasi seorang manusia
menjadi werewolf terutama diakibatkan oleh kegiatan yang berhubungan
dengan aktifitas satanic atau sihir.



Pandangan ini meluas pada abad pertengahan di Eropa yang diiringi dengan
perburuan manusia serigala/werewolf, vampire dan penyihir. Di Perancis
sendiri, antara tahun 1520 hingga tahun 1630, ada sekitar 30.000 orang
yang ditangkap karena dianggap sebagai manusia serigala/werewolf.
Kebanyakan dari tersangka ini kemudian menjalani penyiksaan dan
interogasi yang keji hingga tewas.



Walaupun sering dianggap sebagai aktifitas satanic, ada sebuah kisah yang cukup membingungkan.



Pada tahun 1692, seorang pria berusia 80 tahun yang bernama Thiess dari
Livonia memberikan kesaksian di bawah sumpah kalau ia dan beberapa teman
lainnya adalah werewolf yang disebutnya sebagai "Anjing pemburu Tuhan".



Ia mengklaim kalau mereka adalah perajurit yang diutus Tuhan untuk
memburu para penyembah setan dan para penyihir. Thiess juga mengatakan
kalau kelompok werewolf seperti dia juga terdapat di Rusia dan Jerman.

Kesaksian Thiess dianggap sebagai penghujatan terhadap Tuhan dan ia dihukum 10 kali cambukan karenanya






Menurut kepercayaan lama ada tiga macam manusia serigala. 






Pertama,
yang memperolah kemampuan itu melalui keturunan. Konon, kutukan
terhadap nenek moyang menjadikan setiap keturunannya menjadi manusia
serigala.


Kedua, orang yang dengan sukarela jadi manusia serigala dengan alasan dan tujuan jahat.


Sedangkan
yang terakhir adalah manusia serigala berhati lembut dan baik.
Kondisinya yang tidak lazim, malah membuatnya merasa malu.












Sebenarnya,
transformasi sering dilakukan oleh dukun-dukun suku tertentu dengan
tujuan baik untuk mengatasi masalah di kelompoknya. Saat langka makanan,
misalnya, si dukun bisa saja berubah wujud menjadi binatang jadi-jadian
serupa makhluk yang akan diburu, supaya lebih mudah melacak buruan itu.


Ada
juga yang tidak berubah wujud tetapi meminjam tubuh binatang untuk
memata-matai, menyantet, atau sekadar untuk menakut-nakuti musuh.






Penjelasan Alternatif Tentang Manusia Serigala






Sepertinya
sulit mengabaikan keberadaan makhluk ini. Jika manusia serigala
hanyalah sebuah cerita rakyat, dongeng atau rekaan Holywood, mengapa
kisah penampakan
makhluk ini bisa tersebar ke seluruh dunia sejak ribuan tahun yang lalu?



Dan jika kisah werewolf baru muncul beberapa puluh tahun belakangan,
mungkin kita bisa berargumen kalau televisi dan media yang telah
menyebarkannya. Tetapi, sepertinya setiap wilayah di dunia, punya kisah
manusia serigala/werewolfnya masing-masing.



Jadi, apakah makhluk yang disebut manusia serigala/werewolf benar-benar ada?

Sebelum masuk ke situ, mungkin ada baiknya kita melihat beberapa teori
alternatif yang berusaha menjelaskan mengenai makhluk ini.



Teori alternatif ini dibuat berdasarkan premis kalau tidak ada manusia
yang bisa berubah menjadi serigala. Yang ada adalah salah interpretasi
atau cerita hiperbolik yang diceritakan secara turun-temurun.

Ini adalah beberapa diantaranya:






Kanibalisme Manusia Berjubah kulit serigala




Kasus manusia serigala yang mencolok terjadi di Prancis, awal abad XVII.
Adalah Jean Grenier (13) yang merasa yakin dirinya manusia serigala. Di
pengadilan Bordeaux, Grenier mengaku, 2 tahun sebelumnya membuat
perjanjian dengan setan di hutan. Dengan kulit serigala yang menurut
pengakuannya pemberian setan, tiap malam ia bisa berkeliaran sebagai
serigala, namun di siang hari kembali ke bentuk manusia. Ia telah
membunuh dan memangsa beberapa anak kecil yang sendirian di ladang, juga
menculik bayi yang ditinggal di rumah.












Sejauh
menyangkut perilaku kanibalisme, penyelidikan menunjukkan kebenaran
pengakuannya. Namun dari sudut kedokteran, remaja ini digolongkan
penderita lycanthropy. Kelainan jiwa ini menyebabkannya berkhayal
tubuhnya berubah bentuk menjadi hewan. Namun karena menilik usianya yang
masih belia, Grenier cuma dihukum kurungan seumur hidup di Biara
Fransiskan, Bordeaux.






Perubahan
Grenier dengan menyamar di bawah kulit serigala serupa dengan cara
transformasi manusia beruang di Skandinavia yang menggunakan kulit
beruang. Selain kulit binatang, konon ada alat lain, yaitu korset. Ada
yang terbuat dari kulit asli binatang, ada yang dari kulit manusia yang
dihukum gantung. Dua alat itu banyak dipakai di Prancis, Jerman,
Skandinavia, dan beberapa negara Eropa Timur. “Benda sakti” lainnya adalah salep khusus berisi ramuan dari kelompok tanaman “solanaceae” yang membangkitkan halusinasi.






Selain
itu ada lagi alat dan cara untuk bertransformasi yang berupa jimat,
ramuan, dan mantera pemujaan pada iblis. Khusus pemakaian jimat, justru
orang di sekitar si pemakai yang terpengaruh seakan-akan melihat manusia
serigala, padahal si pelaku tidak berubah. Di luar saat bulan purnama,
perubahan sering terjadi spontan dan lepas dari kendali pelakunya.






Penampilan
si pelaku yang menakutkan, tindak kejahatannya yang mengerikan, dan
terutama karena kengerian terhadap kekuatan setan, membuat manusia
serigala jadi obyek yang harus diburu dan dimusnahkan. Penghukuman
terhadap mereka terjadi di hampir sepanjang sejarah di Eropa. Malah
pelaku kejahatan apa pun dengan mudahnya dapat dijuluki manusia
serigala.






Pembunuhan
massal sering disebut akibat kejahatan manusia serigala. Seperti yang
menimpa Peter Stubbe di tahun 1590 (ada yang menyebut Peter Stump di
tahun 1589) dari Bedburg, dekat Cologne. Ia dituduh sebagai serigala
yang kanibal setidaknya pada dua pria, dua wanita hamil, dan tiga belas
kanak-kanak, dan inses dengan adik perempuannya.






Hukuman
yang diterimanya luar biasa. Setelah dicabik-cabik dengan penjepit,
dilindas roda, dipancung, akhirnya tubuh tanpa kepala itu dibakar.
Hukuman bakar hidup-hidup ternyata juga diberlakukan untuk gundik dan
anak perempuannya.






Di
Prancis dan Jerman, manusia serigala biasanya memang dibakar atau
digantung. Seperti yang terjadi terhadap lebih dari 200 laki-laki dan
perempuan Pirenea (antara Prancis dan Spanyol) di seputar abad XVI,
karena diduga manusia serigala/werewolf.






Menurut
Elton B. McNeil dalam The Psychoses (1970), demam berburu manusia
serigala bisa disamakan dengan perburuan terhadap penyihir. Secara
kejiwaan mereka yakin, orang akan diberkati bila ia mampu menangkap
pelayan atau sekutu iblis.


Tak
heran, saat itu di Prancis banyak ditemukan manusia serigala kagetan.
Dalam satu periode – antara 1520 – 1630 – di Prancis tercatat 30.000
kasus manusia serigala.






Ada
beberapa patokan untuk menentukan apakah seekor serigala jadi-jadian
atau tidak. Konon, manusia serigala akan mempertahankan suara dan mata
manusianya. Sedangkan menurut suku Indian, yang berubah jadi serigala
hanya bagian kepala, tangan, dan kaki.






Dalam
ujud manusia, ada beberapa ciri khas yang membedakannya dengan manusia
biasa. Dua ujung alisnya saling bertemu di tengah, jari-jari tangannya
yang panjang agak kemerahan, dengan jari tengah yang sangat panjang.
Selain telinganya agak ke bawah dan sedikit ke belakang, tangan dan
kakinya cenderung berbulu lebat.












Rasa
takut terhadap manusia serigala lebih mudah dipahami dengan mengetahui
alasan takut terhadap serigala. Sebelum abad XX di Eropa dan Asia Utara,
serigala dianggap binatang paling cerdik yang berbahaya bagi manusia
dan ternak. Apalagi bila serigala itu gila. Cukup sekali gigit korbannya
bisa tewas mengerikan. Sampai-sampai ada institusi pemerintah Prancis
yang khusus mengontrol serigala, paling tidak sejak pemerintahan
Charlemagne (768 – 814), hingga abad ini.






Di
Eropa pada abad pertengahan, serigala terkadang digantung bersebelahan
dengan pelaku kejahatan di tiang gantungan, sebagai simbol
ditaklukkannya kejahatan. Serigala pernah jadi masalah serius Irlandia
abad XVII, sehingga sepotong kepala serigala sama nilai hadiahnya dengan
kepala pemberontak.






Manusia Serigala Hanyalah halusinasi?




Ada pendapat, manusia serigala timbul akibat halusinasi. Antara lain, pengaruh racun ergot yang dihasilkan oleh jamur “Claviceps purpurea” pada gandum. Ergot mengandung bahan serupa materi mentah untuk membuat LSD.






Halusinasi
akibat ergot banyak terjadi di Eropa pada abad pertengahan. Itu tak
lain karena masyarakat kebanyakan hanya bisa mengkonsumsi biji gandum
yang terkontaminasi, sementara gandum bersih disimpan hanya untuk
bangsawan. Maka, tanpa pengalaman atau ilmu sihir, bila memakan
biji-bijian itu orang bisa merasa jadi katak atau serigala.






Satu
kisah tragis terjadi tahun 1951 di Pont St Esprit di Rhone Valley,
dengan korban keracunan ergot +300 orang. Lima orang mati, sedangkan
kebanyakan cacat seumur hidup. Mereka yang cacat mengaku, telah
mengalami halusinasi mengerikan. Ada pria yang merasa seolah-olah
otaknya dilahap segerombolan ular merah. Ada pula yang sanggup
membebaskan diri dari jaket pengikat orang gila sampai 7x, namun rontok
giginya karena menggigit putus tali pengikat dari kulit yang
membelenggunya, dan yang tidak kalah unik mereka mampu membengkokkan dua
batang teralis besi di jendela rumah sakit! Alasannya, pria itu merasa
dikejar-kejar harimau.






Pendapat
lain menduga manusia serigala adalah akibat persepsi keliru terhadap
penyakit keturunan congenital porphyria. Menurut dr. Lee Illis dari Guy
Hospital, London, pengidapnya amat tak tahan terhadap cahaya (karena itu
mereka hanya bisa keluar malam hari), giginya berwarna merah atau
coklat kemerahan, dan menunjukkan gejala gangguan jiwa (dari histeris
ringan hingga depresi maniak). Akibat borok pada luka lambat laun
mengubah bentuk tangan mereka menjadi serupa cakar.












Namun,
pendapat ini disanggah cendekiawan Almotarus, yang menjelaskan manusia
serigala dalam bentuk manusia memiliki ciri khusus berupa mata cekung
dan kering, serta kulit pucat. Selain itu luka pada kulit penderita jauh
berbeda dengan kulit serigala.






Roh jahat dalam perjalanan astral yang merasuki Manusia Serigala




Pemahaman terhadap manusia serigala memasuki era baru menyusul keputusan
terhadap Jean Grenier. Hakim-hakim di masa itu tidak mungkin lagi
mengabaikan “koor” pendapat para
dokter, yang yakin manusia serigala sebenarnya adalah penderita berbagai
jenis dan tingkatan gangguan jiwa. Meski dokter Alfonso Ponce de Santa
dari Spanyol masih menyebutnya sebagai gejala kemurungan jiwa akibat
cairan tertentu yang dihasilkan empedu, yang diduganya telah menyerang
otak.






Maka untuk memudahkan dibedakanlah antara makhluk mitos manusia serigala dan penderita kejiwaan (lycanthrope).


Lycanthropy
berakar dari kata Yunani lycos artinya serigala dan anthropos atau
manusia. Meski ada yang menyebut secara berbeda. Robert Burton dalam
buku pengobatan klasik The Anatomy of Melancholy (1621) misalnya,
menggunakan istilah kegilaan terhadap serigala.












Mula-mula
lycanthrope dipakai untuk menggambarkan fenomena kuno berupa kemampuan
orang bermetamorfosis jadi binatang. Namun lama-lama istilah itu
diaplikasikan khusus untuk orang yang di alam subnormal yakin mampu
berubah bentuk. Keyakinan itu dikuatkan dengan dorongan bersikap sadis
dan obsesi terhadap darah dan daging yang terus bertahan dari waktu ke
waktu di berbagai tempat – bahkan di negara beradab. Selera terhadap
daging manusia itulah yang mengubah manusia menjadi monster. Namun
secara nyata penderita lycanthrope tidak pernah berubah bentuk, suara,
dan perilaku menjadi serigala.






Mengenai
penampilannya yang tetap manusia, pada abad XV – XVI penderita
lycanthrope berkilah, bahwa bulu-bulu mereka tumbuh di bawah kulit.
Seperti yang terjadi di Padua, Spanyol, tahun 1541, ketika seorang
petani dengan keji membunuh dan mengoyak-ngoyak tubuh beberapa orang
korbannya. Saat tertangkap, ia mengaku sebagai serigala meski secara
fisik tidak berujud binatang. Itu tak lain karena bulu-bulunya
tersembunyi di bawah, bukan di atas, kulit. Untuk membuktikan ucapannya,
penduduk segera memotong lengan dan kakinya. Alhasil, kekecewaan yang
didapat, karena yang ada cuma darah, otot, dan tulang biasa.






Malah
dalam buku klasik tentang sadisme, masokisme, dan lycanthropy Man into
Wolf, antropolog Inggris Dr. Robert Eisler menyebut kemungkinan Adolf Hitler sebagai penderita lycanthropy. Ia merujuk pada kesaksian bagaimana sang Fuhrer memiliki kebiasaan menggigit karpet saat mengamuk.






Sedangkan
manusia serigala/werewolf adalah orang yang dengan kekuatan sihir atau
mantera khusus dipercaya mampu mengubah diri menjadi serigala. Ia
benar-benar serupa serigala baik keganasan, kekuatan, kelicikan, dan
kecepatan larinya. Ia bisa bertahan dalam kondisi itu selama beberapa
jam saja atau bahkan permanen.






Pendapat
yang menguatkan keberadaan manusia serigala didukung oleh spiritualis
Rose Gladden dengan dasar pemikiran perjalanan astral. “Katakanlah
ada orang yang pada dasarnya jahat, suka dengan hal-hal yang
mengerikan. Saat ia melakukan perjalanan astral, roh jahat yang banyak
berkeliaran bebas di udara akan menangkap, mengubahnya menjadi serigala
atau binatang lainnya, dan memanfaatkannya untuk tujuan keji.”



Mungkinkah Faktor Penyebab Utama Karena Dorongan bebas nilai?


 

Lain lagi pendapat paranormal terkemuka Prancis pada abad XIX Eliphas
Levi, bahwa proses transformasi itu adalah suatu manifestasi simpati
manusia terhadap naluri kebinatangannya. Menurutnya, manusia serigala
tidak lebih dari tubuh nonfisik dan naluri ganas berbentuk serigala.








Senada dengan itu, John Godwin, penulis Unsolved: The World of the Unknown,
lebih menyoroti dorongan dalam diri manusia. Jujur saja, sebenarnya
manusia memiliki sifat buruk serupa serigala yang selama ini ditekan
untuk tidak muncul. “Dengan berubah, mereka bebas dari wujud fisik
manusianya yang mengalangi mewujudkan dorongan dan keinginan kuat tanpa
perlu merasa bersalah atau takut. Dalam wujud binatang, tidak ada lagi
tabu yang harus dijaga. Karena binatang memang tidak mengenal tabu.”








Sedangkan
James VI dari Skotlandia dalam Daemonologie (1597), melihat penyebabnya
adalah segunung masalah yang dihadapi manusia mulai dari bencana alam
dan cuaca buruk, gagal panen, serangan hama, dan kejahatan yang
meningkat. Semua itu perlu seseorang atau sesuatu untuk disalahkan.
Gampangnya, serigala dijadikan kambing hitam. Selain itu adalah
ketidaksiapan penduduk untuk melepaskan kepercayaan atas makhluk sejenis
itu membuat manusia serigala terus eksis dalam waktu lama.






Richard Carrington, penulis Mermaids and Mastodon
menyamakan alasan di balik kepercayaan akan manusia serigala dengan
kepercayaan primitif, bahwa monster sebenarnya bentuk yang diciptakan
manusia sendiri, untuk mengkompensasikan posisinya sendiri yang demikian
kecil di alam semesta.








Saat
peradaban makin maju, mitos binatang menakutkan pun lenyap. Contohnya,
suku Indian Sioux di Dakota Utara, AS, yang dulu percaya akan adanya
binatang pemangsa manusia. Tapi, keturunannya di abad ini melupakan
mitos itu. Menurut mereka, takhayul itu lahir akibat rasa takut terhadap
mastodon yang berkeliaran di dataran Dakota.








Jadi apakah makhluk ini berasal dari aktivitas sihir?



Ataukah makhluk ini seekor cryptid yang belum dikenal?



Namun, pertanyaan terpentingnya adalah, apakah manusia bisa berubah menjadi hewan?



Jika semua teori di atas tidak bisa menjelaskannya, maka saya rasa, jawaban paling "masuk akal"
adalah: Manusia Serigala/Werewolf memang ada dan ya, manusia bisa
mengalami transfigurasi menjadi hewan dengan melakukan sihir tertentu.



Tapi, jika kalian tidak mempercayai adanya sihir yang bisa menyebabkan
seorang manusia mengalami transfigurasi menjadi hewan, maka saya tidak
punya teori lagi untuk dikemukakan.






Karena
itu pendapat mengenai manusia serigala/werewolf hanya takhayul belum
mencapai kata putus. Jika benar itu sekadar ciptaan manusia, mengapa
kisah itu bertahan sekian lama? Apa pula yang membuat sejarawan/ilmuwan
demikian getol berkutat memecahkannya?






Bagaimana bro, kalian percaya dengan keberadaan Manusia Serigala atau Werewolf?










silahkan anda Copy paste artikel diatas
tapi kalau anda tidak keberatan mohon cantumkan sumber dengan linkback ke blog ini.
terimakasih....!!!

0 komentar:

Posting Komentar