Rabu, 31 Agustus 2011

Baghdad Battery - Teknologi Listrik di masa Irak purba?







Dari sebuah gua
kuno di Irak, Baghdad Battery membuat sebagian orang bertanya-tanya.
Mungkinkah lebih dari 2.000 tahun yang lalu, bangsa Irak telah mengenal
teknologi yang berhubungan dengan listrik?



Teka-teki Baghdad Battery

Baghdad Battery atau Baterai dari Baghdad yang kadang disebut juga Parthian Battery adalah nama yang diberikan kepada sebuah artefak berbentuk guci/vas yang diperkirakan berasal dari masa kebudayaan Parthian yang berkembang antara tahun 250 SM hingga 224 M.


Tinggi guci ini adalah 13 cm. Di dalamnya terdapat sebuah pipa tembaga berongga dan sepotong besi
yang tersusun dengan rapi. Satu ujung besi direkatkan ke mulut guci
dengan aspal sedangkan ujung yang lainnya direkatkan ke dasar tembaga.


Guci ini ditemukan pada tahun 1936 di dalam sebuah makam kuno di Khujut, selatan Baghdad. Namun artefak ini dibiarkan berdebu begitu saja di dalam gudang Museum Baghdad hingga dua tahun lamanya.

Pada tahun 1938, Arkeolog Jerman bernama Wilhem Konig yang
saat itu merupakan direktur laboratorium penelitian museum Baghdad
menemukan guci itu di gudang museum dan segera menyadari adanya sesuatu
yang aneh.

Guci itu memiliki pipa tembaga dengan sebatang logam
di dalamnya. Desain ini tidak umum untuk sebuah guci. Penelitian awal
yang dilakukannya juga menemukan adanya bekas cairan asam seperti cuka
atau anggur.

Konig menyadari kalau mungkin ia telah menemukan sebuah Sel Galvanic kuno yang bisa digunakan untuk membuat Baterai. Jika benar, maka ini menjadikan guci ini sebuah Ooparts (Out of place Artefacts), karena baterai baru ditemukan pada tahun 1800 oleh Alessandro Volta.

Konig
menjadi bersemangat dengan kemungkinan kalau teknologi listrik mungkin
telah dikenal pada masa Irak purba. Pada tahun 1940, walaupun
kontroversial, Ia mempublikasikan teorinya mengenai artefak ini.

Apakah fungsi baterai ini?
Setelah perang dunia II berakhir, Willard Gray, seorang insinyur di General Electric High Voltage Laboratory
di Massachusets, yang membaca tulisan Konig segera membuat replika
Baghdad Battery. Dengan memasukkan jus anggur sebagai elektrolit, ia
berhasil menciptakan listrik sebesar 0,5 volt.

Eksperimen ini membuat Baghdad Battery terkenal ke seluruh dunia.

Lalu
timbul pertanyaan selanjutnya. Apakah guci sederhana ini benar-benar
sebuah alat yang digunakan oleh bangsa Irak purba untuk menghasilkan
listrik?

Benarkah mereka telah mengenal prinsip-prinsip kelistrikan?

Jika benar, untuk apakah alat tersebut digunakan?

Electroplating
Dalam
publikasinya mengenai Baghdad Battery, Konig menyebutkan kemungkinan
kalau baterai ini mungkin digunakan sebagai alat untuk melapisi logam
dengan emas atau perak. Proses pelapisan ini disebut Electroplating, sebuah teknik yang masih sering digunakan hingga saat ini.

Untuk menguji ide ini, pada tahun 1978, Dr. Arne Eggebrecht, direktur di Museum Roemer and Pelizaeus
di Hildesheim membuat beberapa replika Baghdad Battery dan melakukan
eksperimen Electroplating. Kemudian, ia disebut berhasil melapisi sebuah
objek dengan lapisan perak setebal 1/10.000 milimeter. Sama seperti
eksperimen Willard Gray, Ia menggunakan jus anggur sebagai elektrolit.

Eksperimen ini cukup menghebohkan. Namun tidak butuh waktu lama bagi para ilmuwan untuk menolak keabsahannya.

Masalahnya
satu. Tidak ada satupun peneliti lain yang bisa meniru hasil eksperimen
Dr.Eggebrecht. Listrik yang dihasilkan oleh Baghdad Battery ternyata
tidak cukup kuat untuk bisa melakukan proses electroplating.

Jadi, ada kemungkinan kalau eksperimen tersebut sesungguhnya tidak pernah dilakukan. Ini dikonfirmasi oleh Dr. Bettina Schmitz, seorang peneliti di museum yang sama, yang tidak bisa menemukan satupun catatan mengenai adanya eksperimen tersebut.

Bukan
cuma itu, masalah lain yang berkaitan dengan teori ini adalah tidak
pernah ditemukannya objek atau perhiasan yang terindikasi dilapisi emas
atau perak dengan menggunakan electroplating dari Baghdad Battery.

Keperluan Pengobatan
Bangsa
Yunani dan Mesir kuno pernah mencatat mengenai kebiasaan mereka
menggunakan ikan listrik untuk meredakan rasa sakit pada telapak kaki.
Ini menunjukkan kalau mereka cukup familiar dengan aliran listrik,
walaupun mereka tidak menggunakan istilah "listrik" untuk menyebutnya.

Jadi, sebagian peneliti mulai memikirkan kemungkinan penggunaan artefak ini sebagai sebuah alat untuk mengurangi rasa sakit.

Tetapi,
sama seperti teori sebelumnya, ada alasan yang cukup untuk meragukan
teori ini. Catatan kuno masa purba tidak pernah menyinggung mengenai
penggunaan alat sejenis Baghdad Battery dalam pengobatan. Mereka biasa
menggunakan daun Cannabis (Ganja), Opium dan anggur untuk mengurangi rasa sakit.

Patung Dewa yang memiliki kekuatan
Lalu, selain dua teori yang cukup ilmiah di atas, ada teori yang menyentuh konspirasi keagamaan.

Dr.Paul Craddock, seorang ahli metalurgi purba dari British Museum,
berpendapat kalau pada masa lampau beberapa Baghdad Battery mungkin
telah dihubungkan secara paralel dan diletakkan di dalam patung Dewa
untuk menipu para penyembahnya.

Katanya:

"Para
pendeta mungkin akan mengajukan pertanyaan kepadamu. Jika kamu
memberikan jawaban yang salah, kamu akan disuruh menyentuh patung itu
dan akan mendapatkan sebuah kejutan listrik kecil. Jika kamu menjawab
dengan benar, maka para pendeta akan melepaskan hubungan baterai dan
tidak ada kejutan listrik yang dihasilkan. Dengan demikian kamu akan
percaya dengan kekuatan Dewa, pendeta dan agamanya."

Teori
ini, tentu saja terlalu liar untuk dianggap sebagai fakta karena tidak
ada satupun patung yang pernah ditemukan dengan rongga didalamnya yang
bisa mengisi beberapa Baghdad Battery.

Jadi, apa kegunaan artefak ini sebenarnya? Benarkah guci ini sebuah peralatan elektrik?

Baghdad Battery - Alat elektrik?

Seorang
peneliti hanya bisa menarik sebuah kesimpulan berdasarkan pada fakta
atau bukti yang ditemukan. Teori yang mengatakan kalau guci ini adalah
sebuah baterai memang cukup memiliki dasar. Namun, bagi sebagian
peneliti yang lebih skeptis, ada beberapa lubang besar di dalam teori
ini.

Ya, banyak replika yang telah dibuat untuk keperluan
eksperimen dan memang berhasil menciptakan arus listrik, namun ini tidak
membuat guci ini otomatis menjadi sebuah baterai.

Dr.Marjorie Senechal, Profesor Sejarah Sains dan Teknologi di Smith College yang pernah membuat replika Baghdad Battery untuk keperluan eksperimen berkata:

"Saya
rasa tidak ada yang bisa memastikan manfaat guci itu. Namun bisa saja
benda itu memang sebuah baterai karena bisa digunakan untuk itu."

Sebuah replika yang dibuat oleh para mahasiswa Prof.Senechal bisa menghasilkan listrik berkekuatan 0,8 hingga 2 Volt.


Untuk
mengerti apa yang dimaksud dengan lubang besar pada teori Baghdad
Battery, pertama-tama, kita harus mengerti cara kerja sebuah baterai.
Untuk itu, mari kita kembali sejenak ke pelajaran kimia sekolah kita.

Seperti yang saya katakan di atas, Dr.Konig mengatakan kalau Guci itu kemungkinan adalah sebuah Sel Galvanic.

Pada tahun 1780, Luigi Galvani,
dalam sebuah eksperimen menemukan jika ia menghubungkan dua logam
berbeda jenis yang masing-masing dicelupkan dalam larutan elektrolit
yang juga dihubungkan dengan salt bridge (peralatan penghubung seperti tabung kimia yang diisi dengan elektrolit dalam bentuk gel), maka aliran listrik akan tercipta.


Kita
mungkin juga ingat kalau Galvani berhasil membuat kaki katak yang sudah
mati berkontraksi oleh listrik yang dihasilkan oleh sel ini.

Sel Galvanic itu tidak sama dengan baterai.

Yang dinamakan baterai adalah gabungan dari beberapa sel Galvanic yang dihubungkan secara seri atau paralel dengan kabel (atau penghantar lainnya).

Dengan penggabungan ini, barulah aliran listrik yang cukup kuat dapat tercipta.

Nah, disinilah masalahnya. Jika guci itu memang sebuah sel Galvanic yang digunakan sebagai bagian dari Baterai, maka seharusnya ada lebih dari satu guci sejenis yang ditemukan lagi.

Namun,
hingga sekarang, hanya ada satu Baghdad Battery yang ditemukan. Dengan
kata lain, sebenarnya kita tidak bisa menyebut guci itu sebuah baterai,
melainkan sel Galvanic.

Jika kita menemukan beberapa guci serupa, maka argumentasi baterai menjadi lebih kuat.

Namun, itupun belum cukup. Jika ada beberapa guci serupa yang ditemukan, kita masih harus menemukan "kabel" yang digunakan untuk menghubungkan beberapa guci tersebut. Sampai sekarang, kabel tersebut, atau bahan yang mungkin bisa dijadikan kabel belum pernah ditemukan.

Para peneliti pun mengakui kelemahan argumen Baterai karena ketiadaan kabel tersebut.

"Sayangnya kita tidak pernah menemukan kabelnya." Kata Dr. Craddock.

"Ini berarti interpretasi kita mengenai kegunaan artefak ini bisa jadi salah total."

Lalu, selain masalah kabel, keberatan lain yang diajukan oleh para peneliti yang menolak teori ini adalah desain guci tersebut.

Aspal
yang digunakan untuk merekatkan batang besi tersebut ternyata menutupi
silinder tembaga sepenuhnya. Ini membuat aliran listrik menjadi
terhambat. Untuk menghasilkan listrik, mau tidak mau, desain guci
tersebut harus diubah.

Lagipula, desain ini cukup aneh karena
aspal tersebut menutupi seluruh mulut guci itu. Di lain pihak, Sel
Galvanic membutuhkan pengisian cairan elektrolit terus menerus.
Bagaimana cara mereka mengisinya jika cairan elektrolit di dalamnya
menjadi kering?

Lalu, argumen lainnya dari para penentang teori baterai adalah kenyataan kalau kita tidak pernah menemukan adanya catatan atau ukiran yang menunjukkan mengenai peralatan yang dinyalakan oleh baterei ini. Jika kita menemukan ukiran
bergambar alat elektronik yang menggunakan baterai seperti kamera atau
jam dinding, mungkin kita bisa menarik kesimpulan kalau memang ada
baterai di masa lampau.

Cukup masuk akal mengingat kita hanya
bisa menerima suatu teori sains sebagai kebenaran jika didukung oleh
bukti-bukti yang memadai.

Lalu, jika bukan baterai, apa manfaat guci tersebut?

Bagi
mereka yang keberatan dengan teori baterai, guci itu hanyalah sebuah
tempat penyimpanan biasa. Yang disimpan di dalamnya adalah perkamen atau
gulungan-gulungan kitab. Mereka berargumen kalau kitab yang disimpan di
dalam guci tersebut mungkin telah hancur dan menyisakan residu asam
yang dikira sebagai residu cairan elektrolit.

Argumen ini cukup
bisa diterima. Tetapi dengan menggunakan logika yang sama untuk
membantah teori baterai, maka, mengapa hanya ada satu guci serupa yang
ditemukan?

Jika memang digunakan untuk menyimpan gulungan kitab, bukankah harusnya kita menemukan lebih banyak guci lain yang serupa?

Jadi,
menurut saya, Baghdad Battery masih menyisakan banyak ruang bagi kita
untuk berspekulasi. Mengenai kebenaran yang sesungguhnya, mungkin hanya
waktu yang bisa menjawabnya.

(wikipedia, corrosion-doctors.org, news.bbc.co.uk)







silahkan anda Copy paste artikel diatas
tapi kalau anda tidak keberatan mohon cantumkan sumber dengan linkback ke blog ini.
terimakasih....!!!

0 komentar:

Posting Komentar