Kamis, 08 September 2011

WormHole Atau Lubang Waktu Sebagai Cikal Bakal Mesin Waktu








Hai
bro jangan bosan ya berkunjung diblog aku, karena tanpa kalian apalah
artinya blog ini,hehe...jadi buat kalian yang selalu setia dengan blog
the xfile tidak ada alasan bagiku untuk tidak  menulis artikel diblog
ini, baiklah sebelum terlalu jauh ngelantur baiknya kita langsung aja
keartikel yang kalau nggak salah masih tetap berhubungan dengan usaha
manusia untuk menciptakan perjalanan lintas waktu yang tentunya masih
menjadi misteri bagi ilmu pengetahuan. Bagaimana bro apakah kita
langsung saja membahas tentang Wormhole tersebut...kita mulai saja okey.





Jadi apakah yang dimaksud Wormhole?


Wormhole itu adalah ’sesuatu’
yang ada secara teoritis. Paling tidak sampai detik tulisan ini
ditulis, wormhole hanya ada di atas kertas teori, atau muncul di
film-film dan buku-buku fiksi ilmiah. Keberadaan wormhole dalam teori
dimulai ketika Albert Einstein memperkenalkan Teori ‘Relativitas Umum’.
Disitu Einstein menunjukkan bahwa massa bisa membuat ruang(waktu)
melengkung atau terlipat, sehingga semakin besar massa, semakin
melengkung ruang(waktu). Bagaimana bro Sulit dibayangkan ya?










Di
tahun 1919, Arthur Eddington membuktikan, ketika pada waktu itu terjadi
Gerhana Matahari Total; bintang-bintang di sekitar Matahari teramati
dalam posisi yang bergeser dari posisi yang seharusnya. kenapa? Karena
tentu saja pada saat gerhana total itu, bintang-bintang bisa diamati
pada siang hari. Dan dari bukti pengamatan tersebut menunjukkan bahwa
teorinya Einstein memang benar. Bagaimana bintang bisa bergeser dari
posisi yang seharusnya? Karena medan gravitasi Matahari membelokkan arah
pancaran cahaya bintang.










Tapi
bukti pembengkokan cahaya oleh Matahari pada saat gerhana itu tentunya
tidak ada hubungannya dengan wormhole. Pembuktian oleh Eddington
tersebut hanyalah menunjukkan bahwa teori Relativitas Einstein itu
benar. Dan dari teori itu, satu pemikiran fundamental yang kita tahu
kemudian adalah, bahwa massa mempengaruhi ruang(dan waktu). Secara umum
gravitasi berkaitan erat dengan geometri, bagaimana arah cahaya bisa
berbelok, itu tidak terbayangkan sebelumnya. 





Perlu dipahami bahwa sebelum adanya teori Einstein, “ruang dan waktu adalah dua entitas yang terpisah”, tetapi teori Einstein menyatakan bahwa “ruang dan waktu merupakan entitas tunggal yang tidak terpisahkan”. Dengan demikian, geometri disini perlu dipahami sebagai relasi-ruang waktu.





Kembali
pada pekerjaan Einstein, teori Einstein mempergunakan teori matematis
yang dikenal sebagai persamaan medan Einstein, dan solusinya dikenal
sebagai solusi Scwarzschild. Solusi teori ini menguraikan tentang medan
gravitasi pada massa yang simetri-bola, tidak berotasi. Solusi ini
adalah yang menjadi cikal-bakal adanya ‘Black Hole’ (Blackhole Schwarzschild).










Di
tahun 1916, tidak lama setelah Einstein memperkenalkan teori
Relativitas; Ludwing Flamm menyadari bahwa persamaan Einstein mempunyai
solusi yang lain, dikenal sebagai ‘White Hole’,
dan bahwa kedua solusi tersebut menguraikan adanya dua daerah dalam
ruang-waktu (datar) yang terhubungkan (secara matematis) oleh adanya
suatu ‘lorong’ ruang-waktu. Karena
teori belum mengatakan dimana wilayah ruang waktu itu di dunia nyata,
jadi bisa saja black-hole sebagai pintu masuk dan white hole sebagai
pintu keluar, tapi bisa saja di dunia yang sama dengan kita (ruang waktu
yang bisa kita pahami), atau di ruang dan waktu yang lain (semesta
lain, semesta paralel, masa lalu, sekarang atau masa depan?). Tetapi,
White Hole melanggar Hukum Ke-2 ‘Termodinamika’, dengan demikian, keberadaan White Hole sulit diterima secara mudah.







Pada
tahun 1935, Albert Einstein dan Nathan Rosen mempelajari lebih lanjut
kaitan Black Hole dan White Hole tersebut; bahwa dari perumusan teori
Relativitas Umum, struktur ruang-waktu yang melengkung bisa
menghubungkan dua wilayah dari ruang-waktu yang jauh, melalui suatu
bentuk serupa lorong, sebagai jalan pintas dalam ruang. Pekerjaan ini
secara formal dikenal sebagai ‘Jembatan Einstein-Rosen’.
Tujuannya bukan untuk mempelajari perjalanan yang lebih cepat dari
cahaya atau perjalanan antar semesta, tetapi lebih pada mencari
penjelasan pada partikel fundamental (seperti elektron) dalam
ruang-waktu. Jembatan Einstein-Rosen ini dikenal juga dengan nama lain,
seperi Lorentzian Wormhole atau Schwazschild wormhole.







Pada
tahun 1962, John Wheeler dan Robert Fuller menunjukkan bahwa wormhole
tipe jembatan Einstein-Rosen tidak stabil, menyebabkan cahaya pun tidak
dapat melewatinya sesaat wormhole terbentuk. Lalu, apakah wormhole tidak
bisa dilalui? (Traversable)? Kita akan meninjau tentang traversable
wormhole sejurus nanti.





Demikian,
sejak saat itu, teori tentang wormhole terus menerus dikaji; demikian
juga, urban legend tentang wormhole pun hadir di tengah masyarakat,
khususnya dalam literatur fiksi ilmiah.





Teori
ilmiah tentang wormhole terus berkembang: semuanya mempunyai prinsip
yang sama, yaitu solusi matematis mengenai hubungan geometris antara
satu titik dalam ruang-waktu dengan titik yang lain, dimana hubungan
tersebut bisa berperilaku sebagai ‘jalan pintas’ dalam ruang-waktu.





Bagaimana wormhole terbentuk?


Kembali
pada ilustrasi gambar Bumi. Jika ada kelengkungan ruang-waktu pada
suatu titik, dan tersambung dengan kelengkungan pada ruang-waktu yang
lain, maka demikian lah gambaran wormhole ada. Seperti pada ilustrasi
berikut, yang diambil dari film Stargate S1, seolah-olah semuanya itu
indah dan menyenangkan. Seperti pintu Doraemon, kita buka pintu-nya,
lalu kita sampai di suatu tempat yang jauuhh sekali. Ah indahnya fiksi
ilmiah.










Wormhole
yang berkaitan dengan hubungan dalam ruang-waktu, dikenal sebagai
Laurentzian wormhole. Hubungan disini tentu saja dikatakan sebagai jalan
pintas, karena: Jika perjalanan dari Gerbang ke Bulan, bisa dilakukan
jauh lebih cepat, bahkan lebih cepat daripada laju cahaya menempuh jalur
normal. (Tentu saja artian lebih cepat dari laju cahaya ini karena
menggunakan jalur yang lebih pintas, bukan karena ‘lebih cepat dari laju cahaya’). Itu tentu saja, bila perjalanan memang dapat dilakukan melalui wormhole.





Tetapi,
kompleksitas muncul, karena, apakah kita bisa menentukan ujung
perjalanan kita? Apakah kita akan keluar di ujung, di semesta yang sama?
Atau di semesta paralel? Atau kita muncul di waktu yang sama? Apakah
kita muncul di waktu kita? Atau di masa lalu? Atau masa depan? Tentu
saja semua mungkin, karena Laurentzian wormhole merupakan produk dari
Teori Relativitas Umum yang menyatakan bahwa semua bergerak baik dalam
ruang maupun dalam waktu.





Lorentzian wormholes terbagi dalam dua jenis:

1) Inter-universe wormholes, wormholes yang menghubungkan semesta kita dengan ’semesta’ yang lain. Ini adalah dugaan tentang adanya semesta paralel.

2) Intra-universe wormholes, wormhole yang menghubungkan dua daerah dalam semesta yang sama.


Ada juga wormhole lain yang dikenal sebagai ‘Euclidean wormholes’, yang mana, wormhole ini ada dalam proses yang sangat mikro, karena menjadi perhatian utama para ahli teori ‘medan quantum’










Dengan demikian wormhole jenis ini, pada saat ini tidak akan dibahas, dan Laurentzian wormhole adalah wormhole yang kita bahas.





Kembali pada pertanyaan, apakah mungkin kita melakukan perjalanan melalui Wormhole?


Kip Thorne dan Mike Morris pada tahun 1988 mengusulkan bahwa wormhole bisa dipertahankan kestabilannya mempergunakan ‘materi eksotik’ suatu
materi yang masih teoritis, dan belum ditemukan di dunia, dengan
perilaku seperti massa yang negatif atau menolak gravitasi, alih-alih
patuh pada hukum Gravitasi Newton. 










Model teori ini dikenal sebagai ‘Morris-Thorne wormhole’.
Teori-teori yang kemudian dikembangkan untuk mempertahankan kestabilan
wormhole, sehingga bisa dilalui, sampai saat ini berpedoman pada
argumentasi bahwa, tidak ada materi yang kita ketahui bisa berperanan
untuk mempertahankan kestabilan, karena membutuhkan adanya ‘energi negatif’.





Kendati
wormhole masih menjadi wacana teori (dan urban legend), tetapi belum
ada bukti yang bisa mendukung keberadaannya, baik dari pengamatan maupun
secara eksperimen. Apakah kemudian wormhole itu tidak mungkin ada? Atau
mungkinkah wormhole dibuat?





Secara teori, kita bisa membangun Wormhole. Caranya?


Supaya
ruang-waktu bisa terlipat dibutuhkan materi dan energi yang sangat luar
biasa, jadi kita tinggal mencari materi yang sangat padat di luar
angkasa sana, sebut saja, dari bintang ‘ne(u)tron’.
Kenapa bintang netron? Bintang netron adalah jenis bintang yang
massa-nya mencapai 1,35 sampai 2,1 kali massa Matahari, tetapi dengan
radius hanya 20 sampai 10 km, mencapai 30 ribu – 70 ribu lebih kecil
daripada Matahari. Dengan demikian, maka berat-jenis bintang netron
mencapai of 8×10^13 to 2×10^15 g/cm^3.










Seberapa banyak memerlukan massa dari bintang netron? “Secukupnya”
– sampai bisa membentuk cincin raksasa seukuran orbit Bumi mengelilingi
Matahari. Kemudian, buat cincin yang lain di ujung yang lain. Setelah
konstruksi cincin raksasa di kedua ujung tersebut selesai, berikan
tegangan listrik yang sangat tinggi, pada kedua ujungnya, diputar sampai
mencapai laju cahaya — dua-duanya, dan voila, perjalanan lintas
ruang-waktu seketika.










Fakta
bahwa perjalanan menembus waktu, atau apabila meloncat ke masa depan
itu bisa diterima, karena memang tidak bertentangan dengan Teori
Relativitas Khusus, tetapi jika perjalanan-nya mundur dalam waktu? Itu
yang menjadi kontroversi, seperti yang dilakukan para time traveller,
sesuatu yang sulit dipahami, bahkan bisa menimbulkan paradoks.





Bila,
salah satu ujung wormhole yang tadi telah dibuat tersebut digerakkan
dengan laju mencapai laju cahaya, dan sesuai dari teori Relativitas
Khusus, semakin laju suatu benda, mencapai kecepatan cahaya, waktu
berjalan menjadi lambat; gerak relatif tersebut menciptakan perbedaan
waktu antara keduanya. Sedemikian sehingga tercipta adanya lorong yang
ujung-ujungnya berbeda waktu. Jika dari ujung yang diam, seseorang
bergerak jauh ke masa depan, tapi kebalikannya, dari ujung yang
bergerak, dia akan kembali ke masa lalu!










Disinilah
kontroversinya, jika seseorang kembali dari masa depan, lalu membunuh
orang-tuanya sebelum dia dilahirkan, lalu bagaimana dia bisa ‘ada’ dan melaksanakan misi membunuh orang-tuanya? Dengan pengetahuan akan teori Quantum, Stephen Hawking memperkenalkan ‘Konjektur Perlindungan Kronologi’, yang bisa ‘melindungi’ perjalanan
antar waktu tersebut. Karena secara teori, di dalam lorong pasangan
partikel-antipartikel secara terus menerus tercipta dan saling
meniadakan, dengan demikian energi meluap dengan amat sangat, bahkan
bisa melebihi energi eksotis yang diperlukan untuk membuka gerbang
wormhole. Dan, wormhole akan terganggu dan tertutup, bahkan sebelum
mesin waktu tercipta. 





Lalu apakah dengan demikian mesin waktu itu tidak mungkin?


Apapun
yang mungkin sebenarnya bisa terjadi, apakah wormhole sebagai mesin
waktu ada? Bisa terjadi? Atau sebagai portal antar ruang? Semua masih
terbuka, masih harus menunggu penantian yang panjang, karena masih harus
mencari pemahaman dan penyatuan teori mekanika quantum dan gravitasi.










Jadi kesimpulannya sebuah mesin waktu akan tetap menjadi sebuah misteri bagi para ilmuwan. Benar begitu bro?..


Makasih ya atas waktunya.







silahkan anda Copy paste artikel diatas
tapi kalau anda tidak keberatan mohon cantumkan sumber dengan linkback ke blog ini.
terimakasih....!!!

0 komentar:

Posting Komentar