Jumat, 04 Mei 2012

Mepes Hawa Nafsu di Bulan SURO


Salah satu bulan yang sangat disakralkan bagi orang yang berpaham
Kejawen adalah bulan SURO. Di bulan tersebut, masyarakat Kejawen
diwajibkan kembali menelaah perjalanan hidupnya dan memulai ritual
sucinya dengan berbagai cara.




Ada yang melakukan sarasehan, melekan
(tidak tidur hingga pagi hari), larung sesaji, grebeg Suro dan lainnya.
Namun semuanya memiliki tujuan yang sama yakni hanya memuji kebesaran
GUSTI ALLAH. Antara ajaran Kejawen dan Islam sebenarnya ada kesamaannya.
Orang berpaham Kejawen menyebut bulan dengan sebutan SURO. Sedangkan
Islam menyebutnya dengan bulan MUHARAM. Bulan SURO atau MUHARAM itu
merupakan tahun baru Jawa dan Islam. Sedangkan tahun baru yang banyak
dirayakan oleh masyarakat seluruh dunia adalah tahun baru Masehi.

Pertanyaan
yang muncul, Mengapa berbagai ritual itu mesti dilakukan pada bulan
SURO? Apakah bulan-bulan lain tidak disakralkan dan tidak boleh
melakukan ritual? Boleh-boleh saja. Pada prinsipnya manembah pada GUSTI
ALLAH itu tidak terikat oleh ruang dan waktu. Bukankah kita hidup
hakekatnya ada 2 yaitu
1. tansah eling lan manembah marang GUSTI
ALLAH tan kendat rino kelawan wengi (selalu ingat dan menyembah GUSTI
ALLAH baik siang maupun malam)
2. Apik marang sakpodo-padaning urip
(berkelakuan baik terhadap setiap makhluk ciptaan TUHAN). Bulan SURO
dikatakan merupakan salah satu bulan istimewa karena di tahun yang baru
ini kita wajib untuk menelaah kehidupan yang telah kita lalui untuk
menapaki kehidupan yang akan datang.

Ada kepercayaan pada
masyarakat Jawa yang berpaham Kejawen bahwa saking sakralnya bulan SURO
ini, maka tidak boleh ada kegiatan yang tergolong untuk bersenang-senang
seperti pesta pernikahan, mendirikan rumah dan lainnya. Semua itu ada
benarnya. Pasalnya, pada bulan SURO ini setiap masyarakat Jawa wajib
untuk mepes hawa nafsu. Artinya kita wajib introspeksi dengan
cara melakukan perjalanan masuk ke dalam diri. Sebuah perjalanan ritual
yang sulit untuk dilalui. Buktinya, ketika kita nyata-nyata memang
bersalah, toh kita masih menuding orang lain yang salah. Ini sebuah
contoh bentuk pengingkaran yang ada dalam diri masing-masing manusia.
Dan sifat itu perlu ditelaah agar tidak terulang kembali di masa yang
akan datang.

Bahkan bulan SURO yang diawali dengan tanggal 1 SURO
senantiasa dirayakan masyarakat Jawa dengan beraneka ritual dan tidak
bersifat hura-hura. Itulah sebabnya bulan SURO menjadi sakral di mata
masyarakat Kejawen. SELAMAT TAHUN BARU, Mugi GUSTI ALLAH tansah maringi
eling lan waspodo dhumateng kito sami. RAHAYU!







silahkan anda Copy paste artikel diatas
tapi kalau anda tidak keberatan mohon cantumkan sumber dengan linkback ke blog ini.
terimakasih....!!!

0 komentar:

Posting Komentar