Selasa, 24 Mei 2011

perjalanan sang DRUPADI menghantar DARMA SUCI menuju nirwana.{ bagian 1}





























Kelahiran Drupadi













jagad misteri : Inilah
sosok Drupadi yang lahir karena dendam, menanggung dendam dan membawa
dendam dalam sepanjang hidupnya – wanita yang lahir dari api

















Drupadi
lahir dari api suci upacara putrakarma yang dilakukan oleh raja
Drupada dari kerajaan Panchala karena dendamnya kepada Drouna
sahabatnya yang telah mempermalukan dirinya. Rasa sakit hati dan dendam
yang mendalam membuat Raja Drupada mengadakan upacara suci putrakarma
memohon kepada dewata agar dikaruniai anak sempurna yang akan
membalaskan sakit hatinya atas perlakuan Drauna yang telah menawan
dirinya dan mempermalukan dirinya di depan murid-muridnya. Drouna yang
telah menyuruh Arjuna dan Bima berhasil menawan Raja Drupada dan membawa
Raja Drupada kepadanya dalam keadaan terikat. Rasa malu yang
ditanggungnya membuat ia bersumpah untuk membalas perlakuan Drouna.





Permohonan Drupada terkabul dari dalam api korban suci keluar dua sosok
pribadi yang dianugerahkan dewata kepadanya. Sesosok laki-laki tampan
lengkap dengan pakaian perang yang gagah perkasa dan diberinya nama
Drestadyumna dialah yang nantinya akan membalaskan dendam Drupada
membunuh Drouna. Dan sesosok perempuan yang cantik jelita dengan warna
kulit kehitam-hitaman dan rambut kebiru-biruan dialah Drupadi. Dialah
Khrisna karena warna kulitnya kehitam-hitaman, dialah Panchali karena
dia putri Panchala dan dialah Drupadi karena dia putri Raja Drupada.


Drupadi
lahir membawa dendam untuk membalaskan sakit hati ayahandanya. Dia
memilih jalannya dan menjalani takdirnya, sebagaimana yang tersirat
dari pesan dalam batin dan doa ayahandanya untuk mencari sosok
laki-laki sempurna yang akan mendukungnya dan sekaligus dalam genggaman
kekuasaannya. Dan dalam kelembutannya Drupadi mempunyai kekuatan untuk
itu. Karena dia anugerah dewata.


Drupada
dan Drouna adalah sahabat karib yang tak terpisahkan, waktu masih
sama-sama belajar pada seorang brahmana miskin putra Baradwaja.
Persahabatan yang tulus dan sehati waktu masih sama-sama sependeritaan
dalam belajar di pertapaan. Drouna adalah seorang yang miskin, sedangkan
Drupada adalah putra seorang raja kerajaan Panchala, tetapi tidak ada
perbedaan dan tidak ada jarak sebagai sesama murid di pertapaan itu.
Yang ada adalah saling berbagi dan saling mendukung sebagai sahabat.
Mereka tak terpisahkan. Bahkan sempat terlontar ucapan Drupada kepada
Drouna, kelak bila ia menjadi raja maka ia akan memberikan sebagian
kerajaannya kepada Drouna. Dan Drouna memegang janji itu. Waktu terus
berlalu, sampai kemudian tiba saatnya mereka selesai belajar dan
berpisah. Drupada kembali ke kerajaan Panchala, sementara Drouna yang
miskin meneruskan belajar ilmu dengan mengembara dan menjalani hidup
sebagai pertapa.


Dan
akhirnya sepeninggal ayahandanya Drupada benar-benar menjadi raja, dan
menikmati hidup sebagai raja yang mempunyai kekuasaan dan disibukkan
dengan berbagai urusan kerajaan. Waktu terus berlalu sementara Drupada
hidup sebagai raja, Drouna terus dalam pengembaraannya dan persahabatan
mereka terputus sekian lama. Sampai suatu saat Drouna teringat ucapan
sahabatnya sewaktu masih sama-sama belajar di pertapaan dulu, dengan
harap-harap cemas berangkatlah ia ke kerajaan Panchala, kerinduannya
pada sahabat membuat langkahnya makin mantap ke kerajaan Panchala,
ditambah keadaan dirinya dan anak isterinya yang hidup miskin tidak ada
pengharapan lagi. Kemana lagi jika bukan pada sahabat lamanya Drupada.

Manusia
boleh berencana dan berjanji muluk-muluk, tetapi keadaan dan kenyataan
hidup bisa mengubah segalanya. Dan semua janji yang nampaknya indah di
awal bisa lain kenyataan di kemudian hari. Drouna yang berangkat
dengan penuh harapan dan keyakinan, alangkah terkejutnya mendapat
perlakuan Drupada sahabatnya dahulu. Belumlah sempat terlontar ucapan
untuk menagih janji, Drouna sudah diusir dengan perlakuan kasar dan
ucapan yang menyakitkan hati. Drupada tidak mengakui Drouna sebagai
sahabatnya, tidak layak seorang raja Panchala berteman dengan seorang
brahmana miskin seperti Drouna. Lain sekali dengan ucapan Drupada waktu
masih sama-sama menderita sebagai murid di pertapaan. Kekuasan dan
kelimpahan telah melupakan semuanya. Drouna diusir dan tidak diakui
sebagai sahabat Drupada. Rasa kecewa dan sakit yang mendalam dialami
Drouna, begitu mudahnya Drupada melupakan persahabatan mereka.
Berakhirlah persahabatan mereka dengan meninggalkan luka yang mendalam
dalam diri Drouna, rasa kecewa, sedih, malu dan sakit hati dia bawa
keluar dari istana kerajaan Panchala dan melahirkan dendam dalam diri
Drouna. Dia bersumpah tidak akan menginjakkan kaki di kerajaan Panchala
lagi dan akan membalas perlakuan Drupada saatnya kelak.


Kepedihan dan sakit hati yang dialami Drouna dia
bawa dalam pengembaraannya meninggalkan kerajaan Panchala. Dia ikuti
jalan hidupnya yang tiada menentu entah membawanya kemana. Beruntunglah
nasib baik membawa Drouna ke Kerajaan Hastina. Dan di Hastina Drouna
diterima menjadi guru bagi putera-putera kerajaan, dia menjadi guru
dari Kourawa dan Pandawa. Disinilah titik awal Drouna akan memulai
hidup barunya. Rasa berhutang budi, dan rasa terima kasihnya kepada
kerajaan Hastina, dia curahkan pengabdiannya pada kerajaan Hastina, dan
dalam waktu yang tidak terlalu lama Drouna mendapat tempat terpercaya
di kerajaan Hastina. Meskipun sebenarnya di dalam hatinya menunggu
kesempatan untuk membalaskan sakit hatinya kepada Drupada yang telah
mengkhianati persahabatan dan mempermalukan dirinya di hadapan rakyat
Panchala.



Drouna
melihat bakat di antara anak-anak Kourawa dan Pandhawa, tetapi
nampaknya anak-anak Pandhawa lebih serius dalam belajar dibandingkan
anak-anak Kourawa. Dan anak-anak Pandhawa mempunyai bakat dan kemampuan
lebih selain budi pekerti yang jauh lebih baik dari anak-anak Kourawa.
Drouna jatuh hati pada anak-anak ini, diberikannya seluruh ilmunya.
Berbagai ilmu kanuragan, teknik berperang, menggunakan senjata dan lain
sebagainya. Kini kesempatan untuk membalas dendam dapat ia wujudkan.


Setelah
waktunya dirasa cukup, Drouna mengetes murid-muridnya. Disuruhnya
murid-muridnya menyerang Kerajaan Panchala dan menawan raja Drupada dan
membawanya ke hadapannya dengan catatan jangan dilukai cukup diikat
saja. Pertama-tama disuruhnya Kourawa berangkat, tetapi Kourawa tidak
berhasil mereka pulang dengan tangan hampa. Kemudian Pandhawa
disuruhnya berangkat, dan Pandhawa berangkat dan berhasil menyerbu
kerajaan Panchala. Arjuna dan Bima berhasil menangkap dan mengikat raja
Drupada dan membawanya ke hadapan Drouna. Inilah kesempatan yang
ditunggu Drouna bertahun-tahun.

Dan di hadapan murid-muridnya Drouna menagih janji raja Drupada
sahabatnya dulu. Kini raja kerajaan Panchala dalam tawanannya, artinya
kerajaan Panchala ada dalam genggaman Drouna, dan Drouna bisa bertindak
apapun. Tetapi Drouna hanya mengingatkan dan memberi pelajaran kepada
Drupada agar berlaku sebagai raja yang bijak. Dan selanjutnya raja
Drupada dilepaskan lagi, dan disuruhnya Arjuna dan Bima mengantarkan
Drupada kembali ke kerajaannya dan memperlakukan dia layaknya sebagai
seorang raja. Drupada tidak mengiyakan atau menolak permintaan Drouna
untuk membagi setengah dari kerajaannya. Tapi rasa malu yang diterimanya
melahirkan dendam dalam hati Drupada. Adalah lebih baik mati dibunuh
daripada diperlakukan demikian.


Drupada
tidak segera kembali ke kerajaan tetapi mengembara mencari orang yang
bisa membantu membalaskan dendamnya kepada Drouna kelak. Sedangkan dia
melawan muridnya pun dia kalah. Ia iri pada Drouna yang mempunyai
banyak murid yang taat kepadanya, sedangkan ia hanya memiliki seorang
anak banci yang mempunyai sifat kewanita-wanitaan Sri Kandhi. Dia
menginginkan seorang anak laki-laki yang sempurna gagah perkasa. Dalam
pengembaraannya Drupada bertemu dengan brahmana Yodya dan Upayodya yang
bersedia membantu Drupada mencapai cita-citanya. Setelah bertapa dua
tahun, Drupada kembali ke kerajaan Panchala. Kemudian diadakanlah
upacara putrakarma, memohon kepada dewata agar dikaruniai anak yang
sempurna.


Permohonannya
terkabul, dari dalam api suci keluar sosok laki-laki tampan gagah
perkasa lengkap dengan membawa senjata, disusul kemudian sosok
perempuan cantik jelita dengan warna kulit kehitam-hitaman.
Drestadyumna adalah sosok yang dilahirkan untuk membalas dendam sakit
hati ayahandanya untuk membunuh Drouna. Sedangkan Drupadi sosok yang
dilahirkan dari rumitnya jiwa dan takdir yang harus dijalani manusia.
Dan dia memahami kegundahan hati ayahnya, karena memiliki anak yang
menurut pandangan umum kurang dihargai seorang banci Sri Kandhi.


Sri
Kandhi adalah putra sulung Drupada, dia setengah pria dan setengah
wanita. Dia banci. Kekecewaan tak dapat disembunyikan dalam diri
Drupada, dia menginginkan anak lelaki yang sempurna atau wanita yang
sempurna. Tetapi apa yang dipikirkan manusia berbeda dengan apa yang
dikehendaki dewata. Sri Kandi membawa takdirnya sendiri yang tidak
dipahami manusia. Dialah kelak yang akan mempermalukan keangkuhan
manusia. Dialah kelak yang akan sanggup membunuh seorang kesatria besar
yang disegani di seluruh negeri, disaat semua kesatria tidak ada yang
sanggup mengalahkannya. Dialah Sri Kandhi kelak yang akan sanggup
membunuh Bisma. Dan kelak seluruh dunia akan tahu, bahwa seorang
kesatria besar ternyata kalah hanya oleh seorang banci.


Drupadi
berdiri di tengah-tengah antara jiwa seperti Sri Kandhi dan jiwa
seperti semua keinginan ayahnya yang tak terucap, tapi dapat dipahami
dalam batinnya. Drupadi menghargai kakaknya Sri Kandhi dan memahami
jiwanya, kegelisahannya, disisi lain dia juga memahami keinginan
ayahanda mereka. Drupadi memahami kepedihan yang dialami oleh seorang
yang terlahir tidak sempurna, dan kecewa dengan sikap manusia yang
tidak mampu menghargai ketidaksempurnaan, tetapi dalam diri Drupadi
juga menghargai kesempurnaan, dan menginginkan kesempurnaan. Kerumitan
ini melahirkan sikap tersendiri yang sulit dimengerti orang lain tapi
dapat dipahami dalam jiwa manusia yang terdalam. Dendam, yah. Sebuah
pilihan yang harus diambil atau dibuang, dan dua-duanya mempunyai resiko
dan tanggungjawab moral masing-masing. Sebuah dilema yang sulit pun
harus tetap mengambil keputusan. Dan Drupadi mengambil keputusan untuk
menjadi dirinya, terlepas dari apakah itu sejalan atau menuruti
keinginan ayahandanya atau tidak, Drupadi tetap Drupadi dan kelak pada
akhir hidupnya orang baru dapat mengerti Drupadi. Tetapi sepanjang hidup
Drupadi, tidak ada yang memahami jiwanya. Dialah api suci. Dialah yang
harus mengakhiri dendam diantara semua dendam, dia tahu jalannya, dan
dia pilih jalannya.





sumber :sangkan paraning dumadi

0 komentar:

Posting Komentar