Merah meradang.
Menyapa dalam tanda tanya.
Tiada lagi bersuara
yang ada hanyalah, kasih sayang.
Gelap, gelap tanpa suara.
Hanyalah sebuah rasa
mengantar datangnya detak
jantung.
Hanyalah rasa
yang mengantar denyut nadi.
Gelap, gelap, dan gelap.
Namun terang
tapi tanpa suara.
Ibu, Ibu, Ibu.
Aku sadar.
Aku mengerti.
Aku tahu.
Aku telah berada dirahimmu
dalam keadaan,
dimana aku sendiri tidak tahu.
Tapi, dari kasih sayang.
Dari belaian kasih,
AKU INI ADA.
Dari rasa.
Dari Syirmu.
Dari denyut nadimu.
dari detak jantungmu,
AKU INI ADA.
Ibu,
Betapa banyak,
betapa banyak, yang
kulupakan.
Betapa banyak,
betapa banyak, yang telah
aku perbuat.
Namun, aku tak tahu
aku tak mengerti.
Bahkan kadang, aku ingkar
kepadamu.
Ibu,
dari nada-nadaku.
Dari suaraku.
Dari denyut jantungku.
Dari detak nadiku.
Aku ingin katakan padamu:
”Betapa
banyak,
betapa
banyak,
betapa
banyak,
dosa-dosa
yang mengantar aku.
Betapa
banyak,
dosa-dosa
yang aku jalani
karena
lupa.”
Apakah karena lupa ?
Tapi sebenarnya,
bukanlah karena lupa, Ibu.
Tapi aku tak mengerti.
Bahkan aku tak sadar.
Seperti aku didalam kebingungan
karena aku tak mau tahu
akan diriku sendiri.
Betapa aku seharusnya
menjadikan Engkau sebuah TUGU.
Seharusnya,
aku menjadikan Engkau
sebagaimana MONUMEN
didalam kesetiaan.
Seharusnya,
aku menjadikan Engkau
TEMPAT PUJIAN didalam relung hatiku.
Karena aku tahu, Ibu
betapa Engkau telah mengantarku
ke dunia ini.
Aku mengerti dari belaian kasih sayang.
Aku tahu dan aku mengerti
karena aku hidup dari air
susumu.
Namun,
begitu banyak
begitu banyak,
orang yang lalai
untuk mengantarkan Engkau, Ibu
didalam pujian-pujian malam
didalam agung dan rasa
agung
dalam pujian-pujian,
memanggil namamu dalam belaian kasih sayang.
Karena seharusnya
aku ucapkan rasa terima kasih
yang tiada terhingga.
Namun begitu banyak,
orang yang lupa diri
orang yang tidak tahu diri
orang yang tidak dapat
mengagungkan Engkau, Ibu
hanya karena duniawi.
Hari ini,
aku akan CETUSKAN.
Aku akan IKRARKAN kepadamu.
Aku akan TULUS KEMBANGKAN
didalam HATI NURANI-ku.
Aku akan katakan kepada semua
orang:
”Janganlah,
janganlah engkau lupa kepada
Ibumu !”
Tapi Ibu,
aku bersumpah
aku berjanji kepadamu.
Dan biarlah dunia ini adalah
sebuah kesaksian.
Karena aku hidup didalam muka
aku hidup didalam muka bumi.
Sebagaimana, aku telah
diantarkan
dalam kasih sayang oleh Engkau, Ibu
Ibu,
begitu banyak orang yang lupa
akan dirimu.
Begitu banyak orang yang lalai
akan dirimu.
Begitu banyak orang yang
mencampakkan dirimu.
Dan begitu banyak anak-anakmu
yang tidak lagi,
”mengenal” dirimu.
Begitu banyak manusia-manusia
yang tidak lagi menyuarakan kasih sayang, Ibu.
Begitu banyak manusia yang
lalai.
Bahkan kadangkala
tak mau tahu,
tak mau mengerti,
dan tak mau peduli akan Ibu.
Pada hari ini
aku BERJANJI kepadamu, Ibu:
”Engkau
adalah Mahligai didalam hidupku”.
”Karena tanpamu,
aku tak dapat seperti ini.
Karena tanpamu,
aku tak dapat menginjakkan kaki
di bumi.
Karena tanpamu,
aku tak akan melihat langit.
Karena tanpamu,
aku tak dapat mengantarkan
hidup ini
kedalam jenjang berikutnya”.
Ibu, Ibu, Ibu.
Aku mohon kepadamu,
aku mohon kepadamu.
Janganlah Engkau hanya karena perbuatan manusia
aku jadikan aku sebagaimana dia.
Tapi aku bersimpuh di
haribaanmu
aku bersimpuh di hadapanmu.
Engkau adalah Dewa Agung didalam hidup.
Engkau adalah Pujian Agung didalam hidup.
Engkau adalah Segalanya bagiku.
Sebelum Engkau meninggalkan dunia ini
sebelum aku ditinggalkan olehmu
AKU BERJANJI
AKU BERSUMPAH:
“Ibu,
Betapa, betapa
Engkau adalah Pujian Agung.
Betapa Engkau
adalah Mahligai Agung.
Betapa Engkau
adalah Sumber Do’a Agung”.
Untukmu AKU BERSUMPAH.
Untukmu AKU BERJANJI:
”Aku akan agungkan, didalam kerinduan malam.
Aku akan
agungkan, didalam kehidupan.
Aku akan
agungkan, didalam kerinduan antara bumi dan langit ”.
IBU, IBU, IBU, DAN IBU
ADALAH MAHLIGAI AGUNG BAGI DIRIKU.
Plumpang
Semper, Jakarta Utara
Kamis, 06 November 2008 – 08 Dzulqi’dah 1429 H
21:35-
21:45 wib
sumber ; trimanunggal sukma sejati
0 komentar:
Posting Komentar