Lima penemuan ini memenangkan sebuah kontes. Mereka mendapat ide dari lingkungannya.
Indonesia sebenarnya tak kering dengan orang-orang pintar. Anak-anak pintar Indonesia beberapa kali berhasil menyabet prestasi tertinggi dalam kontes di tingkat internasional.
Bahkan, anak-anak Indonesia juga berhasil menemukan beberapa alat, termasuk metode belajar. Temuan-temuan dalam bidang teknologi mereka juga mendapat apresiasi dari berbagai lembaga.
Berikut ini lima temuan dari anak-anak Indonesia yang baru saja mendapatkan penghargaan dari sebuah kontes:
1. Permainan Matematika Maju Mundur (P3M)
Karya
ini ditemukan oleh Raihany Hidayati Az Zahra, siswi kelas V SDIT
Salsabila, Bekasi. Diilhami pengalaman teman-temannya yang kesulitan
mempelajari matematika, ia menciptakan sebuah permainan dengan
mengadaptasi permainan ular tangga dengan diisi konsep matematika, yakni
pengurangan, penjumlahan, serta perkalian bilangan bulat.
“Idenya gara-gara banyak teman yang belum mengerti bilangan bulat, saya gunakan ular tangga tapi konsepnya berbeda,” kata Hany.
Dalam
karyanya, permainan yang dibuat pada April 2011 ini seperti bermain
ular tangga. Namun diganti dengan konsep berjalan Maju Mundur, bukan
Naik Turun. Media dadu diganti dengan sebuah batangan kecil yang
diwarnai biru dan merah. Warna biru menunjukkan bilangan bulat positif
yang berarti langkah maju, sedang warna merah merupakan bilangan bulat
negatif, yang baerarti langkah mundur.
Permainan ini dijalankan oleh 2
sampai 5 orang. Setiap pemain mengocok batangan kecil berwarna tersebut.
Bila mendapatkan angka 5 biru berarti maju 5 langkah, sebaliknya bila
mendapatkan 5 merah, berarti mundur 5 langkah. Demikian permainan ini
dijalankan sampai mencapai finish yang terletak di ujung papan yang
berjumlah 100 kotak, seperti ular tangga.
Selain konsep maju mundur, dalam
permainan ini juga ada konsep tabungan dan utang dengan penerapan
bilangan bulat. Ditengah-tengah papan, terdapat kotak Gold, yang berarti
pemain yang berhenti pada kotak ini mendapatkan bonus 10 batangan biru
yang berarti ia mempunyai tabungan sejumlah yang didapat. Tak jauh dari
kotak Gold, juga terdapat kotak Poor, yang berarti bila pemain berhenti
pada kotak ini, berarti ia mendapat hukuman berupa utang, yang nantinya
dapat dikembalikan bila ia mendapatkan batangan biru. Pemain yang
terdahulu mencapai finish, menjadi pemenang permainan ini.
“Dengan konsep tabungan dan
utang, anak bisa belajar perhitungan secara tidak langsung,” ujar Intan
Rahmatin, Guru Pendamping Hany.
Menurut Intan, pelajaran
bilangan bulat didapatkan pada anak kelas III SD, dan kecenderungannya
banyak anak kesulitan memahami bilangan bulat. “Biasanya anak usia itu,
sulit mengurutkan bilangan bulat, tapi dengan permainan ini, nantinya
akan bisa,” kata dia.
2. Permainan Matematika Cerdik, Mencari Selisih, Wind Zero
Permainan
ini merupakan permainan Matematika untuk mencari selisih angka.
Permainan ini dibuat oleh Raynor Baruna Reksa Ananta dan Miura Chandra,
siswa kelas V SD Kuntum Cemerlang, Bandung.
Awalnya Raynor tergugah saat
membantu adiknya yang kesulitan belajar matematika. “Di soal tersebut,
ada penjumlahan dengan berbentuk bulat-bulat, itu membingungkan,” ujar
Raynor.
Dengan dibantu oleh
gurunya, ia diarahkan untuk menggantinya dengan konsep kubus. Kemudian
ia mencobanya bersama Miura. “Ternyata lebih mudah pakai kubus, karena
bisa menaruh angka di setiap sudutnya, jadi mudah mencari selisih,”
jelasnya.
Permainan ini menggunakan media
papan penampang. Konsep Wind Zero ini menggunakan konsep kubus
didalamnya ada kotak. Dalam permainan ini, mereka membuat 7 kotak,
dengan titik akhir (Zero) berada di tengah-tengah kotak.
Cara memainkannya dengan
menuliskan angka berapa pun di setiap 4 sudut terluar kotak. Kemudian
mencari selisih antara dua angka yang bersebelahan dan ditulis di
tengah-tengah kedua angka tersebut. Setiap hubungan dua angka dalam
garis vertikal maupun horizontal, dicari selisihnya. Demikian seterusnya
sampai pada titik akhir, dan pasti pada titik akhir tersebut hasilnya
angka nol. “Pasti nol, kalau tidak berarti salah menuliskan selisih
angka,” ujarnya siswa berkacamata ini.
Dalam papan permainan ini,
setiap mencapai titik akhir, pemain memencet tombol, yang menunjukkan
benar atau tidak. Bila lampu merwarna merah, berarti ada yang salah
dalam mencari selisih tersebut. “Permainan ini juga bisa memakai desimal
atau pecahan, pasti hasilnya nol,” tambahnya.
Permainan ini juga sudah
ditransfer di komputer, sehingga lebih asyik mempelajari matematika.
“Lebih Fun belajar Matematika,” katanya sambil memperagakan permainan.
3. Antena Dahsyat Dari Limbah Rumah
Melihat
bekas almunium untuk percobaan di laboratorium, ide Patricia Harjo
Utomo kemudian muncul, bagaimana membuat limbah tersebut lebih
bermanfaat. Iseng-iseng ia ingin membuat antena.
Kemudian Patricia bertanya
kepada gurunya, antena terbuat dari apa, ternyata terbuat dari
alumunium. Gayung pun bersambut, limbah yang tak terpakai itu
dimanfaatkan. “Saat itu banyak bekas alumunium yang pernah dipakai kakak
kelas untuk membuat solar cooker, terus saya pakai saja untuk antena,”
ujarnya singkat.
Lembaran alumunium dipotong
sedemikian rupa, kemudian dihubungkan dengan kabel. Tembaga pada ujung
kabel ditempelkan pada lembaran alumunium tersebut. Gambar televisi yang
dihasilkan lumayan bening. “Awalnya saya coba di rumah, dan berhasil
gambarnya jelas,” kata siswi SD Marsudirini Surakarta ini.
Antena hasil temuan Patricia
cukup ditaruh di samping televisi, tak perlu tempat yang tinggi untuk
mendapatkan gambar yang bagus. “Ukuran alumunium tidak berpengaruh pada
gambar. Yang penting alumunium dalam keadaan yang baik, belum rusak.
Namun potongan jangan terlalu besar atau kecil,” sarannya.
Patricia mengaku bahwa penemuan
ini tidak sengaja dibuat untuk mengikuti kompetisi sains. “Sudah saya
coba untuk mengisi liburan sekolah,” ujarnya. Ia berharap karyanya bisa
membantu masyarakat yang kurang mampu dapat menonton televisi dengan
gambar yang jelas dan mudah.
4. Mempercepat Pertumbuhan Benih Tanaman
Rasa
penasaran yang tinggi terhadap pertumbuhan alam membawa dua bersudara,
Fauzia Noorchaliza dan Fadhilah Noor Nabillah, keduanya Siswi SD Insan
Kamil Bogor, meneliti benih-benih biji tanaman. Keduanya berharap
mempunyai pohon Apel di rumah mereka.
Dengan karya berjudul
“Perkecambahan Benih Dengan Metode kupas Cangkang Kulit Biji (Percobaan
pada Biji Buah Apel dan Biji Buah jambu Biji)”, keduanya mencoba
mengamati pertumbuhan biji apel yang dibeli oleh ibunya. Kemudian mereka
meneliti benih jambu biji. Keduanya melakukan pengamatan selama 20
hari, mulai tanggal 14 Mei sampai 3 Juni 2011. Secara cerdik, mereka
punya ide untuk membandingkan pertumbuhan benih biji yang dikupas dengan
benih biji yang tidak dikupas.
Hasil percobaan menunjukkan
bahwa biji yang dikupas lebih cepat berkecambah dibandingkan dengan biji
yang tidak dikupas. Tahap perkecambahan dimulai dengan tumbuhnya bakal
akar, selanjutnya batang dan daun.
Setiap hari keduanya mencatat
pertumbuhan dengan menggunakan alat bantu millimeter blok dan mistar.
Hasil pengukuran pertumbuhan divisualisasikan pada kurva pertumbuhan.
Dari kurva tersebut, bakal akar biji Apel yang dikupas cangkangnya
tumbuh pada hari ke-5, sedangkan bakal akar biji Jambu tumbuh pada hari
ke-7. Biji Apel pada hari ke-5 tidak berkecambah, dan biji Jambu
berkecambah pada hari ke-9.
Laju pertumbuhan panjang
kecambah biji apel dan biji jambu yang dikupas mencapai 0,75 mm/hari dan
pada hari ke-20, pertumbuhan cambah mencapai 15 mm. Sedangkan biji apel
yang tidak dikupas tidak tumbuh dalam sehari. Pertumbuhan biji jambu
dengan dikupas 1,1 mm/ hari pada hari ke-20, cambah tumbuh 22 mm. Biji
jambu yang tidak dikupas tumbuh 0,6 mm/hari, padahari ke-20 menjadi 12
mm.
Upaya mereka sangat didukung
oleh kedua orangtuanya yang kebetulan seorang dosen. “Mereka tidak saya
arahkan, mereka yang inisatif sendiri untuk lihat-lihat pertumbuhan
alam,” aku Ibu keduanya, Jusri Nilawati.
Bakat Fauzia tumbuh, tambahnya,
sejak umur 4 tahun. “Usia 4 tahun, dia sudah sering coba-coba melakukan
pengamatan,” katanya. Hasil penelitian mereka sempat diujicoba oleh
peneliti LIPI dengan media tanah, sebelumnya dalam mengamati biji-biji
tersebut, mereka menggunakan dengan media kapas. Dan hasilnya lebih
cepat tumbuh di media tanah.
5. Alat Pendeteksi Kadar Air Biji-Bijian (Pak Kadir)
Pada
dasarnya biji-bijian setelah panen memerlukan alat tester yang dapat
menentukan layak dan tidaknya untuk digiling. Dengan hal tersebut akan
menentukan hasil biji yang unggul, misalnya padi untuk dijadikan beras
yang utuh dan tidak pecah kecil (menir) disamping kualitas beras dan
kuantitas beras agar tidak ikut tersaring pada gilingan bercampur dengan
limbah padi (kulit padi) untuk pakan ternak.
Problemnya, bila padi dan jagung
kadar airnya tinggi digiling menyebabkan beras dan beras jagung akan
pecah serta hasilnya tidak sempurna. Untuk menghindari itu perlu adanya
pengeringan biji padi dan jagung terlebih duhulu sampai kadar airnya
rendah serta siap digiling.
Melihat petani di daerahnya yang
kadang tidak memperhatikan hal ini, Claudya Mardiani Safitri dan Dinar
Rizqi P, keduanya siswi SD Jember Lor 03 Jember, melakukan uji coba
peralatan untuk mengetahui kadar air dari padi maupun jagung. Kedua
orangtua mereka kebetulan petani yang memiliki penggilingan padi. Dengan
berkonsultasi dengan guru pendampingnya, keduanya berupaya membuat
sebuah alat yang dinamakan, “Pak Kadir Bisa” (Pendeteksi Kadar Air
Biji-Bijian Sederhana).
Keduanya membuat alat deteksi
sederhana yang terdiri beberapa bahan bekas pakai seperti, tabung bekas,
batang tembaga, dan komponen dasar elektronika. Upaya ini tidak mudah
bagi mereka. “Lumayan susah karene itu bukan pelajaran SD,” ungkap
Claudya. Tapi mereka tak menyerah dengan mendalami soal elektronika,
baterai, dan kapasitor.
Akhirnya alat sederhana
diciptakan. Prinsip kerjanya alat ini akan memberikan sinyal cahaya saat
biji-bijian dimasukkan dalam wadah tabung. Bila tabung diisi
biji-bijian dengan mengandung kadar air tinggi maka akan terjadi
perubahan resistansi dengan kadar tertentu maka menyebabkan lampu (LED)
akan menyala dikarenakan perubahan waktu menjadi rendah dan frekwensi
menjadi tinggi. Dan sebaliknya bila tabung diisi biji-bijian yang
mengandung kadar air rendah menyebabkan lampu kedap-kedip.
“Indikatornya panel lampu berkedip-kedip berarti kadar air rendah. Lampu menyala, kadar air tinggi,” ujar Claudia.
Alat tersebut terdiri dari
sensor objek yang disambungkan dengan kabel pendeteksi. Cara kerja
sensor kapasitor tersebut, yakni pada saat tabung berisi bijian maka
yang berubah adalah konstanta (ε) sehingga berubah menjadi kapasitansi
(C) sehingga menimbulkan bentuk waktu yang disebut perioda yang
menyebabkan lampu menyala bila kadar airnya tinggi.
Pada saat awal arus listrik yang berupa muatan mengisi sensor kapasitor
dengan level tegangan maksimum tertentu dan pada saat muatan penuh maka
dibuanglah muatan tersebut ke rangkaian selanjutnya hal ini dilakukan
secara berulang-ulang. Dengan peristiwa tersebut terjadi tegangan (Volt)
pada senso kapasitor terhadap waktu yang mana hal ini tergantung pada
isi tabung tersebut yang berupa konstanta (ε) yang berhubungan dengan
kadar air biji-bijian.
Untuk menjadikan lampu
berkedap-kedip dan menyala maka dibutuhkan alat elektronik yang
sederhana berupa IC pewaktu (IC 55) dimana bila lampu menyala sensor
kapasitor terisi arus listrik pada muatan dan lampu padam sensor
kapasitor membuang muatan.
Dengan alat “Pak Kadir Bisa”,
menurut Nanang, guru Claudia, petani bisa lebih rincci mengatahui jenis
biji-bijiannya, apakah berkadar air rendah atau tinggi. sehingga petani
tak merugi. “Misalnya menyelesaikan masalah yang terlihat sepele namun
berakibat besar, yaitu apabila padi atau jagung digiling dalam keadaan
berkadar air tinggi digiling saaat dijuan turun menjadi Rp5.000,00/kg,
padahal seharusnya Rp.8.000/kg,” terang Nanang.
Claudya dan Dinar berharap temuannya dapat membantu petani dapat memperoleh keuntungan yang seharusnya.
Kelima tamuan ini menjadi pemenang dari Kontes Juniour Scince Award 2011 yang diselenggarakan PT Kalbe Farma, Sabtu lalu.
teknologi.vivanews.com
silahkan anda Copy paste artikel diatas
tapi kalau anda tidak keberatan mohon cantumkan sumber dengan linkback ke blog ini.
terimakasih....!!!
0 komentar:
Posting Komentar