Selasa, 25 Januari 2011

Ada Gunung Api Bakal Lenyapkan Sepertiga AS



Gunung
berapi raksasa di Taman Nasional Yellowstone mengalami peningkatan
aktivitas drastis sejak 2004. Jika meletus, dua pertiga AS akan
dipenuhi udara beracun.





 




Jika
memuntahkan lahar jauh ke langit, awan abu bisa membunuh tanaman dan
memenuhi udara setinggi lebih dari tiga ribu km dengan luas sekitar
1.500 km persegi.






Fenomena mematikan ini juga bisa mengganggu ribuan penerbangan dan memaksa jutaan penduduk untuk meninggalkan rumah mereka.






Bagi
ilmuwan, peristiwa itu menjadi mimpi buruk karena ilmuwan memprediksi
apa yang terjadi bila gunung api terbesar di dunia ini meletus untuk
pertama kali dalam kurun 600.000 tahun.






Kaldera
Taman Nasional Yellowstone sudah meletus tiga kali sejak 2,1 juta tahun
lalu. Ilmuwan saat ini masih mengawasi apakah akan muncul erupsi baru
yang lebih besar.






Gunung
Api di bawah taman Wyoming ini mengalami peningkatan aktivitas drastis
sejak 2004. Permukaan gunung sudah naik lebih dari tujuh cm per tahun
selama tiga tahun terakhir. Ini merupakan pencapaian tercepat sejak
pencatatan dimulai pada 1923.






“Ini
merupakan pengangkatan yang sangat luar biasa karena mencakup area
besar dengan persentase bahaya sangat tinggi,” ujar vulkanologi
Yellowstone, Bob Smith dari University of Utah.






Menurut ilmuwan, ruang magma di kerak bumi sudah terisi batuan cair.






“Tapi
kami tidak tahu berapa lama proses ini berlangsung sebelum letusan atau
aliran berhenti dan kaldera berguncang lagi,” ujar Smith lagi.






Ilmuwan
masih mengawasi gunung api di kawasan Amerika Utara terkait penyimpanan
magma yang menyebabkan pembengkakan sekitar enam kilometer di bawah
tanah. Namun, karena kondisi ekstrem ini terjadi di bawah tanah,
peneliti tidak bisa mengetahui pergolakan yang terjadi secara spesifik.






"Ada
begitu banyak panah yang keluar dari Yellowstone sekarang. Jika ini
terkait dengan penyimpanan magma, seluruh sistem akan berubah sejak
zaman es,” ujar ahli BMKG AS (U.S Geological Survey/USGS) Dan Dzurisin
di Cascades Volcano Observatory, Washington. 








0 komentar:

Posting Komentar