Rabu, 31 Agustus 2011

Misteri tengkorak-tengkorak aneh dari Peru

0 komentar







Ketika
para arkeolog menemukan tengkorak-tengkorak aneh berbentuk memanjang di
beberapa bagian dunia, segera muncul teori kalau tengkorak-tengkorak
tersebut sebenarnya adalah milik para alien yang pada masa lampau
mendatangi bumi. Benarkah begitu?









Saya
sering mendapatkan pertanyaan mengenai tengkorak ini. Tetapi baru kali
ini saya memutuskan untuk mempostingnya. Tengkorak ini telah banyak
menimbulkan banyak kesalahpahaman karena bentuknya yang aneh dan tidak
biasa. Namun, sebenarnya, ada penjelasan yang masuk akal mengenai
keberadaannya.





Elongated Skull

Tengkorak-tengkorak misterius tersebut dinamakan elongated skull atau tengkorak memanjang yang mulai dikenal luas ketika Robert Connolly mempublikasikan foto-foto yang diambilnya dari seluruh dunia.




Kebanyakan
tengkorak seperti ini ditemukan di Peru di antara tengkorak-tengkorak
suku Inca lainnya. Karena itu, tengkorak memanjang ini juga dikenal
dengan sebutan Peruvian Skull atau Inca Skull.

Tengkorak
serupa kemudian juga ditemukan di banyak negara lain di dunia, mulai
dari Jerman, Perancis, Mesir, Afrika dan yang terbaru adalah di Siberia.
Menariknya, di Mesir kita bisa menemukan relief pada bangunan-bangunan
mereka yang menunjukkan adanya tokoh-tokoh yang memiliki bentuk kepala memanjang seperti ini.

Salah satu contohnya adalah ratu Nefertiti yang termashyur. Lalu, konstruksi ulang yang dilakukan terhadap kepala raja Tutankhamon juga menemukan kalau raja ini memiliki bentuk kepala memanjang seperti Nefertiti.

Dari
dulu, memang banyak yang percaya kalau bangsa Mesir telah membangun
piramida dengan bantuan alien. Adanya relief ini semakin membuat banyak
orang yang percaya kalau beberapa tokoh Mesir yang ternama adalah
keturunan alien.



Relief yang menunjukkan ratu Nefertiti dengan topi besar





Raja Tutankhamon dengan kepala memanjang


Walaupun
koleksi Peru adalah yang paling terkenal di dunia, namun tengkorak Peru
yang diperkirakan berusia sekitar 1.000 tahun itu bukanlah tengkorak
memanjang tertua yang pernah ditemukan.

Pada tahun 1982, para peneliti menemukan tengkorak yang diklaim sebagai milik manusia Neanderthal yang berasal dari tahun 45.000 SM di gua Shanidar di Irak. Ini membuat tengkorak gua Shanidar menjadi tengkorak memanjang tertua yang pernah ditemukan.

Karena karakteristiknya yang aneh, maka spekulasi pun berkembang mengenai asal-usulnya.

Lalu, benarkah tengkorak ini milik dari alien atau makhluk misterius lainnya?

Darimana asal Tengkorak ini?
Sebagian peneliti UFO percaya kalau tengkorak ini adalah milik alien atau manusia keturunan alien (alien hybrid). Tetapi, tentu saja teori ini tidak bisa dibuktikan karena argumen ini juga didasarkan pada teori lain (teori ancient astronout) yang juga belum terbukti.

Lalu,
peneliti lain menyatakan kemungkinan kalau tengkorak itu adalah milik
ras manusia tertentu yang memang memiliki karakteristik kepala seperti
itu. Namun, masalahnya adalah tengkorak memanjang ternyata ditemukan
tersebar luas di banyak tempat di dunia. Ini membuat teori ini menjadi
semakin tidak mungkin karena penyebaran ras di masa lampau sangat
terbatas. Lagipula, hingga hari ini, para peneliti belum bisa
mengidentifikasi ras yang dimaksud.

Teori yang lain lagi menyatakan kalau tengkorak
memanjang tersebut mungkin adalah hasil dari sebuah penyakit yang
mengubah ukuran kepala. Ini cukup bisa diterima karena pada masa modern
ini, penyakit seperti itu memang ada. Namanya Craniosynostosis.

Tulang tengkorak bayi tersusun atas beberapa lempeng tulang. Celah di antara lempeng ini disebut sutura. Pada bayi yang baru lahir, sutura ini masih lebar dan belum tertutup rapat.

Jika
Sutura tersebut menutup secara prematur, otak bayi akan bertumbuh ke
arah sutura yang masih terbuka. Dengan demikian, kepala anak akan mulai
memanjang. Inilah yang disebut Craniosynostosis.

Namun
teori ini juga dipersoalkan mengingat Craniosynostosis tidak bisa
menghasilkan kepala dengan bentuk memanjang yang sempurna. Pada banyak tengkorak memanjang yang ditemukan, bentuknya cukup sempurna sehingga terlihat kalau kepala itu seperti dibentuk dengan sengaja.

Karena
itu, sekarang kita akan melihat teori lainnya yang dianggap sebagai
jawaban paling masuk akal mengenai asal-usul tengkorak ini.

Cranial Binding - Modifikasi bentuk kepala
Menurut
teori ini, tengkorak memanjang tersebut dihasilkan dari modifikasi
kepala yang memang sengaja dilakukan oleh suku-suku purba. Teknik
modifikasi ini disebut Cranial Binding.

Praktek
seperti ini cukup umum ditemukan di negara-negara Amerika Latin pada
masa lampau. Namun mulai menghilang ketika para misionaris kristen masuk
ke wilayah-wilayah itu.

Sebagai catatan, modifikasi tubuh
bukanlah sesuatu yang aneh dalam tradisi suku-suku purba di seluruh
dunia. Misalnya, kita mungkin mengetahui mengenai suku Karen di Burma yang menaruh banyak gelang besi di lehernya sehingga leher mereka menjadi lebih panjang. Lalu, praktek Foot Binding yang dilakukan pada perempuan Cina masa lampau yang membuat telapak kaki mereka menjadi lebih kecil dan lain-lain.

Mengenai Cranial Binding, kita bisa menemukan tradisi ini disinggung dalam banyak catatan-catatan kuno.

Cranial Binding di dalam sejarah

Hippocrates, pada tahun 400 SM, pernah menulis mengenai sebuah suku yang disebutnya suku Macrocepheles karena praktek mereka dalam memodifikasi bentuk kepala.

Lalu, Freidrich Ratzel dalam bukunya yang berjudul The History of Mankind yang terbit tahun 1896 juga melaporkan adanya tradisi modifikasi kepala di Tahiti, Samoa, Hawai dan New Hebrides.

Lalu,
suku Huns di Jerman juga mempraktekkan tradisi ini yang kemudian juga
diikuti oleh suku-suku lain yang ditaklukkannya. Praktek serupa juga
dilakukan oleh suku Aborigin di Australia dan beberapa suku Indian Amerika seperti Chinookan dan Choctaw.



Princess of the House of Este - Bangsawan Italia abad ke-15


Jika kita tidak memasukkan tengkorak
memanjang yang diklaim sebagai kepunyaan manusia Neanderthal, maka
mungkin bangsa Mesir adalah bangsa yang paling awal melakukan modifikasi
kepala, yaitu sejak tahun 3.000 SM. Ini menjelaskan adanya relief yang
menunjukkan beberapa tokoh yang memiliki bentuk kepala memanjang.

Jadi, budaya ini cukup mendunia.

Proses Cranial Binding
Proses
Cranial Binding dilakukan sejak seorang bayi baru lahir ke dunia.
Umumnya, mereka akan menggunakan kulit, tali atau kain untuk mengikat
kepala bayinya hingga beberapa tahun ke depan untuk mendapatkan bentuk
yang diinginkan.







Cranial Binding





Modifikasi
kepala yang dilakukan oleh suku-suku purba juga tidak hanya untuk
menghasilkan bentuk kepala yang memanjang. Kadang, ada suku yang justru
menginginkan bentuk kepala yang datar. Ini disebut Flattening Skull atau meratakan tengkorak kepala.


Flattening Skull


Mengapa Cranial Binding dilakukan?
Umumnya,
modifikasi ini dilakukan sebagai tanda kecantikan dan penanda status.
Di banyak suku, kepala yang memanjang mengindikasikan kalau ia adalah
keturunan ningrat.

Selain itu, ada suku lain yang percaya kalau
memanjangkan bentuk kepala dapat meningkatkan kecerdasan seseorang dan
membuatnya lebih dekat kepada dunia roh. Kepercayaan ini salah satunya
bisa ditemukan di suku di pulau Tomman, Vanuatu.

Lalu, apakah tradisi ini masih bisa ditemukan pada masa kini?

Jawabannya adalah: Tentu saja!

Walaupun
Cranial Binding dengan teknik yang ekstrim telah lenyap sekitar 100
tahun yang lalu, namun praktek yang lebih moderat masih bisa ditemukan
pada masa modern ini.

Cranial Binding di Masa Modern

Karena
itu saya mengatakan kalau penjelasan ini lebih masuk akal karena kita
masih bisa menemukan contoh-contohnya di masa modern ini.

Misalnya adalah suku Mangbetu di Kongo Utara dan suku Zande
di Afrika Tengah. Dalam kasus suku Mangbetu, Modifikasi kepala
dilakukan sebagai ekspresi kecantikan dan tanda kepintaran. Mereka
melakukannya dengan mengikat kepala bayi mereka dengan tali. Lalu,
ikatan itu akan dikencangkan setiap beberapa bulan sehingga menghasilkan
bentuk kepala yang diinginkan.


Walaupun banyak contoh yang bisa kita lihat, sebagian peneliti masih ragu dengan teori modifikasi kepala. Menurut mereka modifikasi yang dilakukan tidak bisa menyamai besarnya tengkorak-tengkorak Peru yang ditemukan.

Namun, Beatrice Blackwood dan PM Danby
yang sejak lama menyelidiki modifikasi kepala percaya kalau ukuran
kepala yang dihasilkan bisa berbeda tergantung dengan metode yang
digunakan. Ini bisa ditemukan pada praktek salah satu suku di Papua
Nugini yang ternyata menggunakan beberapa metode yang berbeda untuk
membentuk kepala.

Metode tertentu mungkin bisa menghasilkan ukuran kepala yang super ekstrem seperti pada tengkorak-tengkorak Peru.

Lalu,
bukti lain yang menguatkan teori ini adalah fakta kalau
tengkorak-tengkorak tersebut ditemukan di wilayah yang suku-sukunya
diketahui memang mempraktekkan Cranial Binding, seperti Peru, Mesir dan
Eropa.

Jadi, saya rasa penjelasan ini lebih masuk akal dibanding teori lainnya yang tidak didukung oleh bukti yang kuat.

Satu-satunya
pertanyaan yang mungkin masih belum terjawab oleh para peneliti adalah
mengapa praktek ini bisa dilakukan di banyak wilayah di dunia oleh
suku-suku yang berbeda yang terpisah oleh wilayah Geografis yang cukup
jauh?

Siapakah yang mengajarkan mereka untuk melakukannya?

Apakah mereka belajar dari orang yang sama?

(bmezine.com, ahotcupofjoe.net, class.ufl.edu, wikipedia)








silahkan anda Copy paste artikel diatas
tapi kalau anda tidak keberatan mohon cantumkan sumber dengan linkback ke blog ini.
terimakasih....!!!

Baghdad Battery - Teknologi Listrik di masa Irak purba?

0 komentar






Dari sebuah gua
kuno di Irak, Baghdad Battery membuat sebagian orang bertanya-tanya.
Mungkinkah lebih dari 2.000 tahun yang lalu, bangsa Irak telah mengenal
teknologi yang berhubungan dengan listrik?



Teka-teki Baghdad Battery

Baghdad Battery atau Baterai dari Baghdad yang kadang disebut juga Parthian Battery adalah nama yang diberikan kepada sebuah artefak berbentuk guci/vas yang diperkirakan berasal dari masa kebudayaan Parthian yang berkembang antara tahun 250 SM hingga 224 M.


Tinggi guci ini adalah 13 cm. Di dalamnya terdapat sebuah pipa tembaga berongga dan sepotong besi
yang tersusun dengan rapi. Satu ujung besi direkatkan ke mulut guci
dengan aspal sedangkan ujung yang lainnya direkatkan ke dasar tembaga.


Guci ini ditemukan pada tahun 1936 di dalam sebuah makam kuno di Khujut, selatan Baghdad. Namun artefak ini dibiarkan berdebu begitu saja di dalam gudang Museum Baghdad hingga dua tahun lamanya.

Pada tahun 1938, Arkeolog Jerman bernama Wilhem Konig yang
saat itu merupakan direktur laboratorium penelitian museum Baghdad
menemukan guci itu di gudang museum dan segera menyadari adanya sesuatu
yang aneh.

Guci itu memiliki pipa tembaga dengan sebatang logam
di dalamnya. Desain ini tidak umum untuk sebuah guci. Penelitian awal
yang dilakukannya juga menemukan adanya bekas cairan asam seperti cuka
atau anggur.

Konig menyadari kalau mungkin ia telah menemukan sebuah Sel Galvanic kuno yang bisa digunakan untuk membuat Baterai. Jika benar, maka ini menjadikan guci ini sebuah Ooparts (Out of place Artefacts), karena baterai baru ditemukan pada tahun 1800 oleh Alessandro Volta.

Konig
menjadi bersemangat dengan kemungkinan kalau teknologi listrik mungkin
telah dikenal pada masa Irak purba. Pada tahun 1940, walaupun
kontroversial, Ia mempublikasikan teorinya mengenai artefak ini.

Apakah fungsi baterai ini?
Setelah perang dunia II berakhir, Willard Gray, seorang insinyur di General Electric High Voltage Laboratory
di Massachusets, yang membaca tulisan Konig segera membuat replika
Baghdad Battery. Dengan memasukkan jus anggur sebagai elektrolit, ia
berhasil menciptakan listrik sebesar 0,5 volt.

Eksperimen ini membuat Baghdad Battery terkenal ke seluruh dunia.

Lalu
timbul pertanyaan selanjutnya. Apakah guci sederhana ini benar-benar
sebuah alat yang digunakan oleh bangsa Irak purba untuk menghasilkan
listrik?

Benarkah mereka telah mengenal prinsip-prinsip kelistrikan?

Jika benar, untuk apakah alat tersebut digunakan?

Electroplating
Dalam
publikasinya mengenai Baghdad Battery, Konig menyebutkan kemungkinan
kalau baterai ini mungkin digunakan sebagai alat untuk melapisi logam
dengan emas atau perak. Proses pelapisan ini disebut Electroplating, sebuah teknik yang masih sering digunakan hingga saat ini.

Untuk menguji ide ini, pada tahun 1978, Dr. Arne Eggebrecht, direktur di Museum Roemer and Pelizaeus
di Hildesheim membuat beberapa replika Baghdad Battery dan melakukan
eksperimen Electroplating. Kemudian, ia disebut berhasil melapisi sebuah
objek dengan lapisan perak setebal 1/10.000 milimeter. Sama seperti
eksperimen Willard Gray, Ia menggunakan jus anggur sebagai elektrolit.

Eksperimen ini cukup menghebohkan. Namun tidak butuh waktu lama bagi para ilmuwan untuk menolak keabsahannya.

Masalahnya
satu. Tidak ada satupun peneliti lain yang bisa meniru hasil eksperimen
Dr.Eggebrecht. Listrik yang dihasilkan oleh Baghdad Battery ternyata
tidak cukup kuat untuk bisa melakukan proses electroplating.

Jadi, ada kemungkinan kalau eksperimen tersebut sesungguhnya tidak pernah dilakukan. Ini dikonfirmasi oleh Dr. Bettina Schmitz, seorang peneliti di museum yang sama, yang tidak bisa menemukan satupun catatan mengenai adanya eksperimen tersebut.

Bukan
cuma itu, masalah lain yang berkaitan dengan teori ini adalah tidak
pernah ditemukannya objek atau perhiasan yang terindikasi dilapisi emas
atau perak dengan menggunakan electroplating dari Baghdad Battery.

Keperluan Pengobatan
Bangsa
Yunani dan Mesir kuno pernah mencatat mengenai kebiasaan mereka
menggunakan ikan listrik untuk meredakan rasa sakit pada telapak kaki.
Ini menunjukkan kalau mereka cukup familiar dengan aliran listrik,
walaupun mereka tidak menggunakan istilah "listrik" untuk menyebutnya.

Jadi, sebagian peneliti mulai memikirkan kemungkinan penggunaan artefak ini sebagai sebuah alat untuk mengurangi rasa sakit.

Tetapi,
sama seperti teori sebelumnya, ada alasan yang cukup untuk meragukan
teori ini. Catatan kuno masa purba tidak pernah menyinggung mengenai
penggunaan alat sejenis Baghdad Battery dalam pengobatan. Mereka biasa
menggunakan daun Cannabis (Ganja), Opium dan anggur untuk mengurangi rasa sakit.

Patung Dewa yang memiliki kekuatan
Lalu, selain dua teori yang cukup ilmiah di atas, ada teori yang menyentuh konspirasi keagamaan.

Dr.Paul Craddock, seorang ahli metalurgi purba dari British Museum,
berpendapat kalau pada masa lampau beberapa Baghdad Battery mungkin
telah dihubungkan secara paralel dan diletakkan di dalam patung Dewa
untuk menipu para penyembahnya.

Katanya:

"Para
pendeta mungkin akan mengajukan pertanyaan kepadamu. Jika kamu
memberikan jawaban yang salah, kamu akan disuruh menyentuh patung itu
dan akan mendapatkan sebuah kejutan listrik kecil. Jika kamu menjawab
dengan benar, maka para pendeta akan melepaskan hubungan baterai dan
tidak ada kejutan listrik yang dihasilkan. Dengan demikian kamu akan
percaya dengan kekuatan Dewa, pendeta dan agamanya."

Teori
ini, tentu saja terlalu liar untuk dianggap sebagai fakta karena tidak
ada satupun patung yang pernah ditemukan dengan rongga didalamnya yang
bisa mengisi beberapa Baghdad Battery.

Jadi, apa kegunaan artefak ini sebenarnya? Benarkah guci ini sebuah peralatan elektrik?

Baghdad Battery - Alat elektrik?

Seorang
peneliti hanya bisa menarik sebuah kesimpulan berdasarkan pada fakta
atau bukti yang ditemukan. Teori yang mengatakan kalau guci ini adalah
sebuah baterai memang cukup memiliki dasar. Namun, bagi sebagian
peneliti yang lebih skeptis, ada beberapa lubang besar di dalam teori
ini.

Ya, banyak replika yang telah dibuat untuk keperluan
eksperimen dan memang berhasil menciptakan arus listrik, namun ini tidak
membuat guci ini otomatis menjadi sebuah baterai.

Dr.Marjorie Senechal, Profesor Sejarah Sains dan Teknologi di Smith College yang pernah membuat replika Baghdad Battery untuk keperluan eksperimen berkata:

"Saya
rasa tidak ada yang bisa memastikan manfaat guci itu. Namun bisa saja
benda itu memang sebuah baterai karena bisa digunakan untuk itu."

Sebuah replika yang dibuat oleh para mahasiswa Prof.Senechal bisa menghasilkan listrik berkekuatan 0,8 hingga 2 Volt.


Untuk
mengerti apa yang dimaksud dengan lubang besar pada teori Baghdad
Battery, pertama-tama, kita harus mengerti cara kerja sebuah baterai.
Untuk itu, mari kita kembali sejenak ke pelajaran kimia sekolah kita.

Seperti yang saya katakan di atas, Dr.Konig mengatakan kalau Guci itu kemungkinan adalah sebuah Sel Galvanic.

Pada tahun 1780, Luigi Galvani,
dalam sebuah eksperimen menemukan jika ia menghubungkan dua logam
berbeda jenis yang masing-masing dicelupkan dalam larutan elektrolit
yang juga dihubungkan dengan salt bridge (peralatan penghubung seperti tabung kimia yang diisi dengan elektrolit dalam bentuk gel), maka aliran listrik akan tercipta.


Kita
mungkin juga ingat kalau Galvani berhasil membuat kaki katak yang sudah
mati berkontraksi oleh listrik yang dihasilkan oleh sel ini.

Sel Galvanic itu tidak sama dengan baterai.

Yang dinamakan baterai adalah gabungan dari beberapa sel Galvanic yang dihubungkan secara seri atau paralel dengan kabel (atau penghantar lainnya).

Dengan penggabungan ini, barulah aliran listrik yang cukup kuat dapat tercipta.

Nah, disinilah masalahnya. Jika guci itu memang sebuah sel Galvanic yang digunakan sebagai bagian dari Baterai, maka seharusnya ada lebih dari satu guci sejenis yang ditemukan lagi.

Namun,
hingga sekarang, hanya ada satu Baghdad Battery yang ditemukan. Dengan
kata lain, sebenarnya kita tidak bisa menyebut guci itu sebuah baterai,
melainkan sel Galvanic.

Jika kita menemukan beberapa guci serupa, maka argumentasi baterai menjadi lebih kuat.

Namun, itupun belum cukup. Jika ada beberapa guci serupa yang ditemukan, kita masih harus menemukan "kabel" yang digunakan untuk menghubungkan beberapa guci tersebut. Sampai sekarang, kabel tersebut, atau bahan yang mungkin bisa dijadikan kabel belum pernah ditemukan.

Para peneliti pun mengakui kelemahan argumen Baterai karena ketiadaan kabel tersebut.

"Sayangnya kita tidak pernah menemukan kabelnya." Kata Dr. Craddock.

"Ini berarti interpretasi kita mengenai kegunaan artefak ini bisa jadi salah total."

Lalu, selain masalah kabel, keberatan lain yang diajukan oleh para peneliti yang menolak teori ini adalah desain guci tersebut.

Aspal
yang digunakan untuk merekatkan batang besi tersebut ternyata menutupi
silinder tembaga sepenuhnya. Ini membuat aliran listrik menjadi
terhambat. Untuk menghasilkan listrik, mau tidak mau, desain guci
tersebut harus diubah.

Lagipula, desain ini cukup aneh karena
aspal tersebut menutupi seluruh mulut guci itu. Di lain pihak, Sel
Galvanic membutuhkan pengisian cairan elektrolit terus menerus.
Bagaimana cara mereka mengisinya jika cairan elektrolit di dalamnya
menjadi kering?

Lalu, argumen lainnya dari para penentang teori baterai adalah kenyataan kalau kita tidak pernah menemukan adanya catatan atau ukiran yang menunjukkan mengenai peralatan yang dinyalakan oleh baterei ini. Jika kita menemukan ukiran
bergambar alat elektronik yang menggunakan baterai seperti kamera atau
jam dinding, mungkin kita bisa menarik kesimpulan kalau memang ada
baterai di masa lampau.

Cukup masuk akal mengingat kita hanya
bisa menerima suatu teori sains sebagai kebenaran jika didukung oleh
bukti-bukti yang memadai.

Lalu, jika bukan baterai, apa manfaat guci tersebut?

Bagi
mereka yang keberatan dengan teori baterai, guci itu hanyalah sebuah
tempat penyimpanan biasa. Yang disimpan di dalamnya adalah perkamen atau
gulungan-gulungan kitab. Mereka berargumen kalau kitab yang disimpan di
dalam guci tersebut mungkin telah hancur dan menyisakan residu asam
yang dikira sebagai residu cairan elektrolit.

Argumen ini cukup
bisa diterima. Tetapi dengan menggunakan logika yang sama untuk
membantah teori baterai, maka, mengapa hanya ada satu guci serupa yang
ditemukan?

Jika memang digunakan untuk menyimpan gulungan kitab, bukankah harusnya kita menemukan lebih banyak guci lain yang serupa?

Jadi,
menurut saya, Baghdad Battery masih menyisakan banyak ruang bagi kita
untuk berspekulasi. Mengenai kebenaran yang sesungguhnya, mungkin hanya
waktu yang bisa menjawabnya.

(wikipedia, corrosion-doctors.org, news.bbc.co.uk)







silahkan anda Copy paste artikel diatas
tapi kalau anda tidak keberatan mohon cantumkan sumber dengan linkback ke blog ini.
terimakasih....!!!

Selasa, 30 Agustus 2011

SEJARAH NAMA BULAN DALAM 1 TAHUN

0 komentar

JANUARI


Kata ini diambil dari nama dewa bangsa Roma yaitu dea dengan dua
wajah bernama Janus. Kedua wajah yang bertolak belakang, satu menatap ke
depan dan lainnya menoleh ke belakang sebagai pelambang tatapan masa
lalu dan pandangan ke masa datang. Janus yang akhirnya menjadi Januari
sampai saat ini dijadikan bulan mawas diri sebagai pemisah tahun lalu
dan tahun baru.





FEBRUARI


Berasal dari kata latin Februa, suatu istilah untuk pesta penyucian
yang diselelnggarakan oleh bangsa Romawi kuno pada tiap tanggal 15
Februari. Bulan ini adalah bulan yang paling sedikit jumlah harinya; 28
hari pada tahun biasa dan 29 hari pada tahun kabisat. Tahun lbisat
datang 4 tahun sekali untuk mengimbangi kekurangan dan kelebihan akibat
hitungan hari dalam setahun yang tidak bulat, yaitu 365 hari, 5 jam, 48
menit dan 46 detik !!!





MARET


Semula bulan Maret merupakan bulan pertama dalam kalendar yang
dipakai sekarang ini (Kalendar Julian). Tidak diketahui secara jelas
siapa dan bagaimana sejarahnya hingga bulan tersebut berpindah ke
urutran ketiga. Maret itu sendiri berasal dari kata Mars nama Dewa
Perang bangsa Romawi kuno yang sangat terkenal karena kegarangan dan
keberaniannya yang tiada tara.


*penulis mikir .... mungkin karena perang2 gitu ya, jadi dipindah ke
bulan ke-3, coz masa baru tahun baru bulan pertama udah perang2 duluan ?
Semua manusia di bumi ini kayaknya lebih suka damai deh timbang perang.
:) Hidup kedamaian !!!*





MEI


Kata Mei diperkirakan diambil dari istilah Maia Majesta, Dewa Musim
Semi. Musim Semi disambut meriah dengan festival-festival oleh banyak
rakyat Eropa. Gadis tercantik dan pria tertampan dipilih untuk
dinobatkan menjadi raja dan ratu yang akan memimpin tari-tarian dalam
festival-festival itu. Di Inggris, tradisi ini masih dilakukan tiap
bulan Mei, ratu disebut Maid Marian dan sang raja disebut Robin Hood.





JUNI


Kata Juni berasal dari Juno, nama Dewi Feminin yang melambangkan
harkat kewanitaan yang membawa kebahagiaan keluarga. Bagi sementara
kalangan, terutamamasyarakat Eropa, bulan Juni dianggap bulan yang
paling baik untuk melangsungkan perkawinan. Mereka percaya bahwa kawin
pada bulan Juni akan membawa kebahagiaan bagi pasangan pengantin dan
keturunannya.





JULI


Bulan ketujuh ini pada mulanya bernama Quintilis dan aslinya terletak
pada urutan kelima. Tetapi ketika Roma dikuasai oleh Mark Anthony nama
bulan ini diubah menjadi Juli, diambil dari nama Julius Caesar sebagai
penghormatan kepada Kaisar Romawi yang terkenal itu. Tidak disebutkan
apakah Mark Anthony juga memindahkan urutan bulan seperti tersebut
diatas itu.





Agustus


Seperti halnya bulan ketujuh, bulan ke-8 pun berasal dari nama Kaisar
Romawi; Agustus. Bahkan dia sendiri pula menempatkan namanya itu dalam
kalendar tersebut. Untuk kekuasaannya dia mengubah jumlah hari,
mengurangi jumlah hari pada bulan Februari lalu menambahkannya pada
bulan ke-8 itu. Itu sebabnya makka bulan Februari menjadi bulan palign
sedikit jumlah harinya.





September


September berasal dari kata Septa, bahasa latin berarti 7. Pada
mulanya bulan September memang berada pada urutan ke-7 kelndar Julian.
Tetapi ketika pada abad ke-8 sebelum masehi, pembagian tahun diubah dari
10 bulan menjadi 12 bulan, tanpa megubah namanya terlebih dahulu bulan
September ditempatkan di urutan ke-9 dan berlaku sampai saat ini.





Oktober


Berasal dari kata Okto, bahasa latin yang berarti 8. Semula di urutan
ke-8, bergeser ke urutan ke-10 mengikuti pergeseran bulan-bulan
sebelumnya.





November


Berasal dari kata Novem, yang berarti 9. Sebelum diadakan pembaharuan
di jaman Julius Caesar, bulan November hanya mempunyai 29 hari, bukan
30 hari seperti yang dikenal dewasa ini. Orang Inggris kuno menyebut
November sebagai Bulan Berdarah karena musim pembantaian ternak
menjelang musim dingin.





Desember


Baik pada zaman Romawi Kuno maupun pada masa modern sekarnag ini,
bulan Desember merupakan bulan terkahir pada penanggalan tahunan.
Desember berasal dari akta Decem yang berarti ke-10. Oleh bangsa-bangsa
yang hidup di negara belahan bumi sebelah utara, bulan ini dikenal
sebagia bulan suci karena semua negeri ditutupi oleh salju dan es yang
memutih sepanjang hari.





silahkan anda Copy paste artikel diatas
tapi kalau anda tidak keberatan mohon cantumkan sumber dengan linkback ke blog ini.
terimakasih....!!!

Senin, 29 Agustus 2011

Misteri Suku-Suku Kanibal di Dunia

0 komentar








Ketemu
lagi ya bro, semoga kalian nggk bosan dengan blog ini, itu saja
harapanku. Kali ini saya akan posting mengenai suku suku kanibal.
Kanibal adalah makluk hidup yang memakan sesama jenis, jadi kalau ada
manusia kanibal itu artinya manusia yang makan manusia, ngeri juga ya
bro, bahkan kita tak bisa membayangkan, tetapi ternyata di dunia ini ada
suku-suku yang kanibal tersebut, bagaimana bro kalian penasaran,
langsung saja kita lihat siapa-siapa saja suku-suku kanibal itu.








The Carib










Nama suku inilah yang menjadi sebutan untuk orang yang memakan orang
lain. Mereka diketahui merupakan suku pertama di dunia yang melakukan
praktek kanibalisme. Oleh para pelaut biasa disebut “The Carib people of
the Lesser Antilles“. Nama ini diberikan oleh colombus dalam catatannya
dengan menyebut nama “caniba” (yang merupakan kata lain dari kariba
yang artinya “orang yang memakan orang”).

Para suku karibia ini biasanya melakukan kanibalisme kepada musuhnya,
namun semenjak masuknya agama kristen kesana, perlahan lahan budaya itu
mulai hilang.




The Aztec












Suku
Aztec tidak diragukan lagi sebagai suku yang paling brutal sebelum
ditemukannya benua Amerika oleh Colombus. Mereka melakukan ribuan
pengorbanan menggunakan manusia tiap tahunnya. Korban biasanya dicabut
jantungnya yang masih dalam keadaan berdetak selagi hidup. Lalu tubuhnya
dijadikan masakan untuk dimakan beramai-ramai.




The Native Americans








 

Pada masa awal penaklukan benua Amerika, banyak sejahrawan bercerita
bahwa suku-suku indian di amerika melakukan praktek kanibalisme.
Walaupun sekarang masih jadi perdebatan namun banyak yang mengaku
memiliki bukti praktek kanibalesme oleh suku-suku indian. Contohnya suku
indian Karankawa di texas, pada tahun 1768 seorang pendeta yang berasal
dari spanyol menyaksikan dan merekam ritual yang dilakukan Karankawa
kepada musuhnya yang disandera. Mereka mengelilingi korban tersebut dan
secara bergantian memotong kulit dan daging korbannya lalu memakannya di
depan mata korbannya.




The africans








 

Benua ini mungkin merupakan benua yang masih melakukan praktek
kanibalisme sampai saat ini. Walaupun secara kasat mata tidak pernah
terlihat, banyak saksi mata melaporkan adanya aktivitas perdagangan
organ tubuh manusia disana. Disertai bukti banyak warga pendatang yang
hilang saat berlibur maupun melintas disana. Biasanya penculikan
dilakukan oleh geng kriminal.

Disebutkan juga, pada saat perang kongo ke 2 dan perang sipil di liberia
dan sierra leone sering terjadi aksi kanibalisme disana.




The Fiji








 

Budaya kanibalisme juga diketahui  telah menyebar di kawasan polinesia
dan melanisia. Sebagai contoh FIJI diketahui sebagi pulau para
kanibalisme. Seorang kepala suku Fiji mengakui telah memakan 875 orang
dan sangat membanggakannya.




The Korowai








 

Suku Korowai di Papua Indonesia, diketahui sebagai suku yang masih
tersisa di dunia dan melakukan kanibalisme hingga saat ini. Mereka
biasanya memakan anggota sukunya yang dicurigai sebagai penyihir.
Biasanya mereka memakan otaknya selagi masih dalam keadaan hangat.
Kediaman mereka biasanya berada diatas pohon yang tinggi berguna untuk
melindungi diri dari musuhnya.




The Maori








 

Suku Maori di New Zealand merupakan suku kanibal yang pernah
terdokumentasikan dengan sangat baik. Kanibalisme sudah menjadi bagian
dari kebudayaan Maori, dan mereka tidak pernah berhenti memakan
musuhnya. Ketika kapal Inggris, The Boyd, berlabuh dan para awaknya
membunuh anak dari kepala suku Maori, para pejuang suku Maori membalas
dendam dengan membunuh dan memakan 66 awak kapal tersebut. Kejadian ini
yang akhirnya terkenal sebagai “body massacre”.






Merinding
ya bro..sumpah ngeri banget, Semoga kita nggk bertemu mereka ya bro,
nggk kebayang deh bagaimana rasanya jika kita berada dalam situasi
tersebut.






Sumber: ( oxana blogdetik.com )









silahkan anda Copy paste artikel diatas
tapi kalau anda tidak keberatan mohon cantumkan sumber dengan linkback ke blog ini.
terimakasih....!!!

Minggu, 28 Agustus 2011

Saqqara Bird - Bukti teknologi pesawat di masa lampau?

0 komentar







Ketika
manusia melihat burung yang sedang terbang, pikiran mereka pun melayang
dan mulai mencari cara untuk bisa terbang seperti itu. Proses berpikir
ini mungkin telah dimulai sejak ribuan tahun yang lalu. Tetapi benarkah
mereka yang hidup ribuan tahun yang lalu telah menemukan cara untuk
membuat pesawat yang bisa membawa mereka terbang?









Ini adalah pertanyaan lainnya dari seorang pembaca mengenai sebuah "Ooparts" dari Mesir.




Tentu
saja kita membutuhkan alat untuk bisa terbang seperti burung. Menurut
sejarah yang kita ketahui, tahun 1783 adalah tahun pertama manusia bisa
mengangkasa ketika dua orang Perancis, de Rozier dan d'Arlandes berhasil terbang dengan balon udara di atas kota Paris.





Lalu,
teknologi kita mengalami lompatan ketika kita bukan hanya bisa
melayang, melainkan benar-benar melaju terbang dengan kecepatan tinggi.
Ini terjadi ketika Wright bersaudara menciptakan pesawat terbang dan berhasil terbang dengan selamat di atas Kitty Hawk pada tahun 1903.





Impian manusia untuk bisa terbang seperti burung akhirnya menjadi kenyataan.




Namun,
mungkin sejarah kita tidak seperti yang kita ketahui selama ini.
Sebagian orang sejak lama percaya kalau teknologi yang kita miliki
sekarang sebenarnya tidak lebih hebat daripada teknologi nenek moyang
kita, termasuk dalam hal Aerodinamika. Penemuan sebuah artefak di Mesir ini diklaim sebagai buktinya.





Pada tahun 1898, sebuah artefak kuno terbuat dari kayu sycamore ditemukan di sebuah makam di Saqqara,
Mesir. Artefak ini diperkirakan berasal dari tahun 200 SM. Tetapi, apa
yang menarik dari objek ini adalah kenyataan kalau ia memiliki bentuk
seperti sebuah pesawat terbang atau pesawat layang.





Panjang objek ini sekitar 15 cm dengan rentang sayap 18 cm. Ia bahkan memiliki ekor seperti sebuah pesawat.





Ketika
ditemukan, artefak ini kemudian dikatalogkan sebagai model seekor
burung dan dibiarkan berdebu di ruang bawah tanah museum Kairo hingga
tahun 1969 ketika ditemukan oleh Dr. Khalil Messiha. Copy artefak
itu kemudian dipajang di Museum Kairo dan menarik perhatian para
peneliti. Sejak itu, beberapa artefak serupa juga ditemukan kembali.
Penemuan ini dianggap penting oleh pemerintah Mesir sehingga mereka
membuat sebuah komite untuk menelitinya lebih lanjut.

Karena karakteristiknya yang berbentuk seperti itu, artefak ini kemudian disebut sebagai Saqqara Bird atau Saqqara Glider.


Pada tahun 1991, Dr.Messiha menerbitkan sebuah makalah berjudul "African Experimental Aeronautic: A 2.000 Years Old Model Glider"
yang berisikan teorinya mengenai Saqqara Bird. Ia percaya kalau
artefak ini adalah sebuah bukti yang tidak terbantahkan kalau bangsa
Mesir Kuno telah memiliki teknologi aerodinamika.

Teori
Dr.Messiha cukup menarik untuk disimak karena teori ini mendukung
anggapan kalau pada masa lampau nenek moyang kita sesungguhnya telah
memiliki teknologi yang cukup tinggi.


Kalau
begitu, mungkinkah Saqqara Bird menunjukkan kalau bangsa Mesir kuno
yang hidup ribuan tahun yang lalu telah memiliki teknologi aerodinamika
seperti yang kita miliki di masa modern ini?

Menurut pendapat saya tidak.

Saya tidak mengatakan kalau bangsa Mesir kuno tidak memiliki teknologi tinggi. Yang ingin saya katakan adalah mendasarkan argumen tersebut dengan menggunakan Saqqara Bird adalah argumen yang cukup lemah.

Mari kita melihat artefak ini dengan pandangan yang lebih kritis.

Pertama,
kita harus mengetahui kalau apa yang dipajang di Museum Kairo adalah
sebuah replika dari artefak yang sebenarnya. Namun replika ini dibuat
dengan akurasi tinggi sehingga boleh dibilang mencerminkan karakteristik
artefak yang asli.

Jika melihat foto di atas, mungkin kalian
akan percaya kalau artefak itu adalah sebuah model pesawat terbang
karena kemiripannya yang luar biasa.

Tetapi tunggu dulu, saya akan mengajak kalian untuk melihat sisi yang lain dari artefak ini.

Jika
kita hanya melihat kepada foto artefak ini dari satu sisi, maka kita
akan dibuat percaya kalau artefak ini adalah sebuah model pesawat.

Sekarang coba lihat dari samping.


Lalu dari depan.


Apakah masih terlihat seperti pesawat bagi kalian?

Sayangnya,
beberapa website memang hanya menampilkan foto artefak ini dari
belakang sehingga menimbulkan kesan kalau artefak ini adalah sebuah
model pesawat. Namun, ketika kita melihat adanya sepasang mata di
kepalanya, kita akan segera teringat dengan seekor burung, bukan sebuah
pesawat. Bahkan kalian bisa melihat paruhnya.

Jadi, kita tidak bisa menyalahkan para arkeolog ketika mereka menyebutnya sebagai "burung Saqqara".

Menurut
para arkeolog, artefak ini sesungguhnya adalah model seekor burung
Falcon. Burung ini memang biasa digunakan untuk mewakili beberapa dewa
penting di Mesir seperti Horus dan Ra.

Namun, Dr.Messiha menolak
anggapan kalau artefak itu adalah seekor burung karena menurutnya
artefak tersebut tidak memiliki sepasang kaki dan ekor vertikal seperti
itu.

Dr.Messiha lupa kalau artefak inipun tidak mencerminkan sebuah pesawat. Untuk bisa terbang, sebuah pesawat membutuhkan Tailplane
(ekor melintang pada pesawat). Pada Saqqara Bird, Tailplane tidak
ditemukan. Lagipula, saya juga tidak melihat adanya roda pesawat pada
artefak itu.



Tailplane


Namun,
Dr.Messiha tetap pada pendiriannya dengan menganggap kalau pada awal
desainnya, artefak itu memiliki tailplane yang karena suatu sebab hilang
entah kemana. Jadi, ia berusaha membuktikannya dengan menciptakan
sebuah replika pesawat mirip dengan Saqqara Bird yang besarnya 6 kali
model itu untuk diterbangkan. Kali ini, ia menambahkan tailplane untuk
membuktikan teorinya.



"Saya
sudah membuat sebuah model serupa dari kayu Balsa dan menambahkan
Tailplane (yang saya anggap telah hilang) dan saya tidak terkejut ketika
menemukan replika itu bisa melayang di udara hingga beberapa yard
ketika dilempar dengan tangan"


Percobaan ini
mungkin meneguhkan teorinya, namun, klaim Dr.Messiha ini dibantah oleh
seorang desainer glider (pesawat layang) bernama Martin Gregorie
yang membuat model yang sama, juga dari kayu Balsa. Menurut Martin,
Saqqara Bird jelas tidak akan bisa stabil tanpa adanya Tailplane.



Replika Martin Gregorie


"Bahkan setelah Tailplane ditambahkan, kinerja Replika itu sangat mengecewakan" Kata Martin.

Martin
menyimpulkan kalau Saqqara Bird mungkin hanyalah sebuah mainan
anak-anak atau indikator angin, yang tentu saja bukan merupakan bukti
kehebatan teknologi Mesir kuno.

Pada tahun 2006, History Channel
juga pernah membuat sebuah dokumenter mengenai Saqqara Bird dimana
mereka meminta pendapat seorang ahli aerodinamika bernama Simon Sanderson yang segera membuat replika Saqqara Bird dengan ukuran 5 kali lebih besar dari ukuran aslinya.

Sanderson
kemudian mengujinya dalam sebuah simulator dan menemukan kalau Saqqara
Bird memang bisa terbang dalam kondisi tertentu, namun ia membutuhkan rudder samping untuk terbang dengan benar.

Hasil eksperimen Sanderson cukup meneguhkan pendapat Martin Gregorie.

Jadi, dengan demikian kita bisa menyimpulkan kalau Saqqara Bird kemungkinan besar benar-benar model seekor burung.

Lagipula
jika benar-benar bangsa Mesir kuno memiliki teknologi penerbangan,
mengapa hal itu tidak tertulis di dalam catatan-catatan kuno mereka atau
catatan kuno bangsa lain seperti Yunani?

Walaupun replika burung
yang dibuat Dr.Messiha (yang kebetulan dibuat dari kayu Balsa - kayu
paling ringan di dunia) bisa terbang, apakah itu membuktikan kalau
bangsa Mesir kuno punya teknologi pesawat terbang? Bisa saja itu cuma
membuktikan kalau bangsa Mesir adalah pembuat mainan yang hebat.

Jika
Dr.Messiha bisa mempercayai kalau artefak itu adalah model sebuah
pesawat terbang yang tidak sempurna, mengapa ia tidak bisa mempercayai
kalau artefak itu adalah model seekor burung yang tidak sempurna?

(wikipedia, ancientalientblog.com)






silahkan anda Copy paste artikel diatas
tapi kalau anda tidak keberatan mohon cantumkan sumber dengan linkback ke blog ini.
terimakasih....!!!

Sabtu, 27 Agustus 2011

Misteri Manusia Serigala (Werewolf), Apa Faktor Yang Menyebabkannya?

0 komentar


Hai bro jumpa lagi ya, nah sekarang topik kita beralih kemakhluk jadi-jadian dan sejenisnya, bagaimana kita melihat
transfigurasi seorang manusia menjadi manusia serigala/werewolf dan
kenapa mereka sampai mengalaminya, apakah disengaja atau tidak, disini
kita akan coba menelaahnya,
  bukan begitu bro..seep, sekarang sebelum ada yang berubah wujud baiknya kita langsung aja ke artikelnya, okey bro. cekidot.








Kisah
binatang jadi-jadian yang banyak terdengar dalam budaya masyarakat
kita, ternyata juga terdapat di belahan lain bumi. Bahkan ada seorang
tokoh dunia terkenal disebut pula sebagai salah satu pengidapnya.
Benarkah makhluk demikian ada, bagaimana pula muasal kelahirannya?


 


Walaupun
kedengarannya seperti sebuah kisah dalam film Holywood, namun, kisah
mengenai manusia yang dapat berubah menjadi serigala dapat ditemukan di
banyak negara di dunia.


Bahkan, kisah mengenai makhluk yang biasa dikenal dengan nama Werewolf atau Lycan ini bisa ditemukan di catatan-catatan Yunani kuno.






Begitu
beragamnya manusia jadi-jadian di bumi ini. Mulai dari manusia harimau
atau manusia beruang di kawasan Asia, manusia hyena yang hidup di
Afrika, manusia anjing di hutan coyote dan diburu di Amerika Tengah,
sedangkan manusia kadal terlihat berkeliaran di Selandia baru. 






Sama
halnya dengan mitos babi ngepet atau leak dalam sebagian masyarakat
kita, hingga orang Barat yang memfiksikannya dalam film semisal An American Werewolf in London (1981) dan Wolf (1994) yang diperani Jack Nicholson.




Ternyata
semua binatang jadi-jadian itu memiliki karakter serupa. Misalnya,
perubahan di malam hari, menularkan kemampuan berubah bentuk melalui
tetesan darah dalam gigitan, luka yang terjadi dalam bentuk binatang
juga muncul dalam wujud manusia, atau binatang jadi-jadian yang mati
untuk segera kembali berubah jadi manusia.






Benarkah Manusia Serigala Akibat Dari kutukan?




Herodotus, sejarawan Yunani dari abad V SM, mengatakan pada kurang lebih
 2.400 tahun lalu, bahwa penduduk di daerah yang sekarang bernama
Lithuania dan Polandia, mengaku berubah menjadi manusia serigala selama
beberapa hari dalam setahun.












Masa
itu manusia serigala adalah manusia dengan dorongan kuat memangsa
manusia lainnya. Melalui sihir mereka berubah menjadi serigala hitam
untuk memudahkan mewujudkan niatnya. Sekali berubah, menurut kepercayaan
lama, akan terus menyimpan kekuatan dan kelicikan serigala.






Baru
di abad 1 SM Virgil sebagai penulis Latin yang pertama kali
menyebut-nyebut soal takhayul ini, kemudian diikuti oleh Propertius,
Servius, dan Petronius. Petronius yang kepala urusan hiburan zaman
pemerintahan Kaisar Nero (54 – 68) bertutur tentang manusia serigala
dalam bentuk sastra roman Satyricon. Dengan bumbu terang bulan,
pekuburan, dan luka abadi setelah kembali jadi manusia, membuat roman
itu sebagai bacaan hiburan.






Namun
ada juga sebagian tradisi Roma dan Yunani menganggap manusia berubah
jadi serigala sebagai hukuman dewa, karena ia telah mempersembahkan
korban berupa manusia, seperti yang dikatakan Pliny seorang sejarawan
masa itu (61 – 113).






Meski
pada abad XVIII kisah tentang manusia serigala tidak lagi diterbitkan,
bukan berarti orang berkurang minat terhadap manusia serigala. Justru
kepercayaan itu demikian bertambah kuat, bahkan sering diterima sebagai
kebenaran, bukan lagi sebuah fiksi.






Bagaimanakah Karakteristik Manusia Serigala?








Menurut
legenda, pada saat bulan purnama, seorang manusia, dalam kondisi
tertentu akan berubah menjadi serigala. Tubuhnya akan menjadi tinggi dan
kuat. Matanya bersinar terang seperti hewan pada umumnya dan alisnya
yang lebat akan bertemu di tengah. Mulutnya terlihat selalu kering,
seperti orang yang kehausan.



Kulitnya kasar dan ditumbuhi bulu yang lebat. Telinganya berubah menjadi
lancip seperti anjing dengan gelambir yang menggantung di lehernya.
Bedanya dengan serigala asli,  manusia serigala tidak memiliki ekor.



Salah satu metode untuk mengidentifikasi manusia serigala/werewolf dalam
rupanya sebagai manusia adalah dengan melukai tubuhnya. Jika ia adalah
manusia serigala, maka di bagian tubuh yang terluka akan terlihat adanya
bulu seperti serigala.



Cara lainnya, menurut legenda Rusia, seorang manusia serigala/werewolf dapat dikenali dengan adanya bulu di bawah lidahnya.



Walaupun dalam film-film Holywood disebutkan kalau manusia
serigala/werewolf bisa dibunuh dengan peluru perak, karakteristik ini
tidak bisa ditemukan di dalam legenda.



Bagaimana cara berubah menjadi Manusia Serigala/Werewolf


  


Di
Italia, Perancis dan Jerman, disebutkan kalau seseorang dapat berubah
menjadi manusia serigala/werewolf dengan cara tidur di luar rumah pada
saat bulan purnama musim semi yang jatuh pada hari rabu atau jumat
tertentu.










Lalu, ada juga yang percaya kalau seseorang bisa berubah menjadi manusia
serigala/werewolf karena digigit oleh werewolf lain. Ini membuatnya
menjadi sama seperti legenda Vampire. Ada lagi yang percaya kalau
seseorang bisa berubah menjadi manusia serigala/werewolf karena dikutuk.



Tetapi, kebanyakan legenda percaya kalau transfigurasi seorang manusia
menjadi werewolf terutama diakibatkan oleh kegiatan yang berhubungan
dengan aktifitas satanic atau sihir.



Pandangan ini meluas pada abad pertengahan di Eropa yang diiringi dengan
perburuan manusia serigala/werewolf, vampire dan penyihir. Di Perancis
sendiri, antara tahun 1520 hingga tahun 1630, ada sekitar 30.000 orang
yang ditangkap karena dianggap sebagai manusia serigala/werewolf.
Kebanyakan dari tersangka ini kemudian menjalani penyiksaan dan
interogasi yang keji hingga tewas.



Walaupun sering dianggap sebagai aktifitas satanic, ada sebuah kisah yang cukup membingungkan.



Pada tahun 1692, seorang pria berusia 80 tahun yang bernama Thiess dari
Livonia memberikan kesaksian di bawah sumpah kalau ia dan beberapa teman
lainnya adalah werewolf yang disebutnya sebagai "Anjing pemburu Tuhan".



Ia mengklaim kalau mereka adalah perajurit yang diutus Tuhan untuk
memburu para penyembah setan dan para penyihir. Thiess juga mengatakan
kalau kelompok werewolf seperti dia juga terdapat di Rusia dan Jerman.

Kesaksian Thiess dianggap sebagai penghujatan terhadap Tuhan dan ia dihukum 10 kali cambukan karenanya






Menurut kepercayaan lama ada tiga macam manusia serigala. 






Pertama,
yang memperolah kemampuan itu melalui keturunan. Konon, kutukan
terhadap nenek moyang menjadikan setiap keturunannya menjadi manusia
serigala.


Kedua, orang yang dengan sukarela jadi manusia serigala dengan alasan dan tujuan jahat.


Sedangkan
yang terakhir adalah manusia serigala berhati lembut dan baik.
Kondisinya yang tidak lazim, malah membuatnya merasa malu.












Sebenarnya,
transformasi sering dilakukan oleh dukun-dukun suku tertentu dengan
tujuan baik untuk mengatasi masalah di kelompoknya. Saat langka makanan,
misalnya, si dukun bisa saja berubah wujud menjadi binatang jadi-jadian
serupa makhluk yang akan diburu, supaya lebih mudah melacak buruan itu.


Ada
juga yang tidak berubah wujud tetapi meminjam tubuh binatang untuk
memata-matai, menyantet, atau sekadar untuk menakut-nakuti musuh.






Penjelasan Alternatif Tentang Manusia Serigala






Sepertinya
sulit mengabaikan keberadaan makhluk ini. Jika manusia serigala
hanyalah sebuah cerita rakyat, dongeng atau rekaan Holywood, mengapa
kisah penampakan
makhluk ini bisa tersebar ke seluruh dunia sejak ribuan tahun yang lalu?



Dan jika kisah werewolf baru muncul beberapa puluh tahun belakangan,
mungkin kita bisa berargumen kalau televisi dan media yang telah
menyebarkannya. Tetapi, sepertinya setiap wilayah di dunia, punya kisah
manusia serigala/werewolfnya masing-masing.



Jadi, apakah makhluk yang disebut manusia serigala/werewolf benar-benar ada?

Sebelum masuk ke situ, mungkin ada baiknya kita melihat beberapa teori
alternatif yang berusaha menjelaskan mengenai makhluk ini.



Teori alternatif ini dibuat berdasarkan premis kalau tidak ada manusia
yang bisa berubah menjadi serigala. Yang ada adalah salah interpretasi
atau cerita hiperbolik yang diceritakan secara turun-temurun.

Ini adalah beberapa diantaranya:






Kanibalisme Manusia Berjubah kulit serigala




Kasus manusia serigala yang mencolok terjadi di Prancis, awal abad XVII.
Adalah Jean Grenier (13) yang merasa yakin dirinya manusia serigala. Di
pengadilan Bordeaux, Grenier mengaku, 2 tahun sebelumnya membuat
perjanjian dengan setan di hutan. Dengan kulit serigala yang menurut
pengakuannya pemberian setan, tiap malam ia bisa berkeliaran sebagai
serigala, namun di siang hari kembali ke bentuk manusia. Ia telah
membunuh dan memangsa beberapa anak kecil yang sendirian di ladang, juga
menculik bayi yang ditinggal di rumah.












Sejauh
menyangkut perilaku kanibalisme, penyelidikan menunjukkan kebenaran
pengakuannya. Namun dari sudut kedokteran, remaja ini digolongkan
penderita lycanthropy. Kelainan jiwa ini menyebabkannya berkhayal
tubuhnya berubah bentuk menjadi hewan. Namun karena menilik usianya yang
masih belia, Grenier cuma dihukum kurungan seumur hidup di Biara
Fransiskan, Bordeaux.






Perubahan
Grenier dengan menyamar di bawah kulit serigala serupa dengan cara
transformasi manusia beruang di Skandinavia yang menggunakan kulit
beruang. Selain kulit binatang, konon ada alat lain, yaitu korset. Ada
yang terbuat dari kulit asli binatang, ada yang dari kulit manusia yang
dihukum gantung. Dua alat itu banyak dipakai di Prancis, Jerman,
Skandinavia, dan beberapa negara Eropa Timur. “Benda sakti” lainnya adalah salep khusus berisi ramuan dari kelompok tanaman “solanaceae” yang membangkitkan halusinasi.






Selain
itu ada lagi alat dan cara untuk bertransformasi yang berupa jimat,
ramuan, dan mantera pemujaan pada iblis. Khusus pemakaian jimat, justru
orang di sekitar si pemakai yang terpengaruh seakan-akan melihat manusia
serigala, padahal si pelaku tidak berubah. Di luar saat bulan purnama,
perubahan sering terjadi spontan dan lepas dari kendali pelakunya.






Penampilan
si pelaku yang menakutkan, tindak kejahatannya yang mengerikan, dan
terutama karena kengerian terhadap kekuatan setan, membuat manusia
serigala jadi obyek yang harus diburu dan dimusnahkan. Penghukuman
terhadap mereka terjadi di hampir sepanjang sejarah di Eropa. Malah
pelaku kejahatan apa pun dengan mudahnya dapat dijuluki manusia
serigala.






Pembunuhan
massal sering disebut akibat kejahatan manusia serigala. Seperti yang
menimpa Peter Stubbe di tahun 1590 (ada yang menyebut Peter Stump di
tahun 1589) dari Bedburg, dekat Cologne. Ia dituduh sebagai serigala
yang kanibal setidaknya pada dua pria, dua wanita hamil, dan tiga belas
kanak-kanak, dan inses dengan adik perempuannya.






Hukuman
yang diterimanya luar biasa. Setelah dicabik-cabik dengan penjepit,
dilindas roda, dipancung, akhirnya tubuh tanpa kepala itu dibakar.
Hukuman bakar hidup-hidup ternyata juga diberlakukan untuk gundik dan
anak perempuannya.






Di
Prancis dan Jerman, manusia serigala biasanya memang dibakar atau
digantung. Seperti yang terjadi terhadap lebih dari 200 laki-laki dan
perempuan Pirenea (antara Prancis dan Spanyol) di seputar abad XVI,
karena diduga manusia serigala/werewolf.






Menurut
Elton B. McNeil dalam The Psychoses (1970), demam berburu manusia
serigala bisa disamakan dengan perburuan terhadap penyihir. Secara
kejiwaan mereka yakin, orang akan diberkati bila ia mampu menangkap
pelayan atau sekutu iblis.


Tak
heran, saat itu di Prancis banyak ditemukan manusia serigala kagetan.
Dalam satu periode – antara 1520 – 1630 – di Prancis tercatat 30.000
kasus manusia serigala.






Ada
beberapa patokan untuk menentukan apakah seekor serigala jadi-jadian
atau tidak. Konon, manusia serigala akan mempertahankan suara dan mata
manusianya. Sedangkan menurut suku Indian, yang berubah jadi serigala
hanya bagian kepala, tangan, dan kaki.






Dalam
ujud manusia, ada beberapa ciri khas yang membedakannya dengan manusia
biasa. Dua ujung alisnya saling bertemu di tengah, jari-jari tangannya
yang panjang agak kemerahan, dengan jari tengah yang sangat panjang.
Selain telinganya agak ke bawah dan sedikit ke belakang, tangan dan
kakinya cenderung berbulu lebat.












Rasa
takut terhadap manusia serigala lebih mudah dipahami dengan mengetahui
alasan takut terhadap serigala. Sebelum abad XX di Eropa dan Asia Utara,
serigala dianggap binatang paling cerdik yang berbahaya bagi manusia
dan ternak. Apalagi bila serigala itu gila. Cukup sekali gigit korbannya
bisa tewas mengerikan. Sampai-sampai ada institusi pemerintah Prancis
yang khusus mengontrol serigala, paling tidak sejak pemerintahan
Charlemagne (768 – 814), hingga abad ini.






Di
Eropa pada abad pertengahan, serigala terkadang digantung bersebelahan
dengan pelaku kejahatan di tiang gantungan, sebagai simbol
ditaklukkannya kejahatan. Serigala pernah jadi masalah serius Irlandia
abad XVII, sehingga sepotong kepala serigala sama nilai hadiahnya dengan
kepala pemberontak.






Manusia Serigala Hanyalah halusinasi?




Ada pendapat, manusia serigala timbul akibat halusinasi. Antara lain, pengaruh racun ergot yang dihasilkan oleh jamur “Claviceps purpurea” pada gandum. Ergot mengandung bahan serupa materi mentah untuk membuat LSD.






Halusinasi
akibat ergot banyak terjadi di Eropa pada abad pertengahan. Itu tak
lain karena masyarakat kebanyakan hanya bisa mengkonsumsi biji gandum
yang terkontaminasi, sementara gandum bersih disimpan hanya untuk
bangsawan. Maka, tanpa pengalaman atau ilmu sihir, bila memakan
biji-bijian itu orang bisa merasa jadi katak atau serigala.






Satu
kisah tragis terjadi tahun 1951 di Pont St Esprit di Rhone Valley,
dengan korban keracunan ergot +300 orang. Lima orang mati, sedangkan
kebanyakan cacat seumur hidup. Mereka yang cacat mengaku, telah
mengalami halusinasi mengerikan. Ada pria yang merasa seolah-olah
otaknya dilahap segerombolan ular merah. Ada pula yang sanggup
membebaskan diri dari jaket pengikat orang gila sampai 7x, namun rontok
giginya karena menggigit putus tali pengikat dari kulit yang
membelenggunya, dan yang tidak kalah unik mereka mampu membengkokkan dua
batang teralis besi di jendela rumah sakit! Alasannya, pria itu merasa
dikejar-kejar harimau.






Pendapat
lain menduga manusia serigala adalah akibat persepsi keliru terhadap
penyakit keturunan congenital porphyria. Menurut dr. Lee Illis dari Guy
Hospital, London, pengidapnya amat tak tahan terhadap cahaya (karena itu
mereka hanya bisa keluar malam hari), giginya berwarna merah atau
coklat kemerahan, dan menunjukkan gejala gangguan jiwa (dari histeris
ringan hingga depresi maniak). Akibat borok pada luka lambat laun
mengubah bentuk tangan mereka menjadi serupa cakar.












Namun,
pendapat ini disanggah cendekiawan Almotarus, yang menjelaskan manusia
serigala dalam bentuk manusia memiliki ciri khusus berupa mata cekung
dan kering, serta kulit pucat. Selain itu luka pada kulit penderita jauh
berbeda dengan kulit serigala.






Roh jahat dalam perjalanan astral yang merasuki Manusia Serigala




Pemahaman terhadap manusia serigala memasuki era baru menyusul keputusan
terhadap Jean Grenier. Hakim-hakim di masa itu tidak mungkin lagi
mengabaikan “koor” pendapat para
dokter, yang yakin manusia serigala sebenarnya adalah penderita berbagai
jenis dan tingkatan gangguan jiwa. Meski dokter Alfonso Ponce de Santa
dari Spanyol masih menyebutnya sebagai gejala kemurungan jiwa akibat
cairan tertentu yang dihasilkan empedu, yang diduganya telah menyerang
otak.






Maka untuk memudahkan dibedakanlah antara makhluk mitos manusia serigala dan penderita kejiwaan (lycanthrope).


Lycanthropy
berakar dari kata Yunani lycos artinya serigala dan anthropos atau
manusia. Meski ada yang menyebut secara berbeda. Robert Burton dalam
buku pengobatan klasik The Anatomy of Melancholy (1621) misalnya,
menggunakan istilah kegilaan terhadap serigala.












Mula-mula
lycanthrope dipakai untuk menggambarkan fenomena kuno berupa kemampuan
orang bermetamorfosis jadi binatang. Namun lama-lama istilah itu
diaplikasikan khusus untuk orang yang di alam subnormal yakin mampu
berubah bentuk. Keyakinan itu dikuatkan dengan dorongan bersikap sadis
dan obsesi terhadap darah dan daging yang terus bertahan dari waktu ke
waktu di berbagai tempat – bahkan di negara beradab. Selera terhadap
daging manusia itulah yang mengubah manusia menjadi monster. Namun
secara nyata penderita lycanthrope tidak pernah berubah bentuk, suara,
dan perilaku menjadi serigala.






Mengenai
penampilannya yang tetap manusia, pada abad XV – XVI penderita
lycanthrope berkilah, bahwa bulu-bulu mereka tumbuh di bawah kulit.
Seperti yang terjadi di Padua, Spanyol, tahun 1541, ketika seorang
petani dengan keji membunuh dan mengoyak-ngoyak tubuh beberapa orang
korbannya. Saat tertangkap, ia mengaku sebagai serigala meski secara
fisik tidak berujud binatang. Itu tak lain karena bulu-bulunya
tersembunyi di bawah, bukan di atas, kulit. Untuk membuktikan ucapannya,
penduduk segera memotong lengan dan kakinya. Alhasil, kekecewaan yang
didapat, karena yang ada cuma darah, otot, dan tulang biasa.






Malah
dalam buku klasik tentang sadisme, masokisme, dan lycanthropy Man into
Wolf, antropolog Inggris Dr. Robert Eisler menyebut kemungkinan Adolf Hitler sebagai penderita lycanthropy. Ia merujuk pada kesaksian bagaimana sang Fuhrer memiliki kebiasaan menggigit karpet saat mengamuk.






Sedangkan
manusia serigala/werewolf adalah orang yang dengan kekuatan sihir atau
mantera khusus dipercaya mampu mengubah diri menjadi serigala. Ia
benar-benar serupa serigala baik keganasan, kekuatan, kelicikan, dan
kecepatan larinya. Ia bisa bertahan dalam kondisi itu selama beberapa
jam saja atau bahkan permanen.






Pendapat
yang menguatkan keberadaan manusia serigala didukung oleh spiritualis
Rose Gladden dengan dasar pemikiran perjalanan astral. “Katakanlah
ada orang yang pada dasarnya jahat, suka dengan hal-hal yang
mengerikan. Saat ia melakukan perjalanan astral, roh jahat yang banyak
berkeliaran bebas di udara akan menangkap, mengubahnya menjadi serigala
atau binatang lainnya, dan memanfaatkannya untuk tujuan keji.”



Mungkinkah Faktor Penyebab Utama Karena Dorongan bebas nilai?


 

Lain lagi pendapat paranormal terkemuka Prancis pada abad XIX Eliphas
Levi, bahwa proses transformasi itu adalah suatu manifestasi simpati
manusia terhadap naluri kebinatangannya. Menurutnya, manusia serigala
tidak lebih dari tubuh nonfisik dan naluri ganas berbentuk serigala.








Senada dengan itu, John Godwin, penulis Unsolved: The World of the Unknown,
lebih menyoroti dorongan dalam diri manusia. Jujur saja, sebenarnya
manusia memiliki sifat buruk serupa serigala yang selama ini ditekan
untuk tidak muncul. “Dengan berubah, mereka bebas dari wujud fisik
manusianya yang mengalangi mewujudkan dorongan dan keinginan kuat tanpa
perlu merasa bersalah atau takut. Dalam wujud binatang, tidak ada lagi
tabu yang harus dijaga. Karena binatang memang tidak mengenal tabu.”








Sedangkan
James VI dari Skotlandia dalam Daemonologie (1597), melihat penyebabnya
adalah segunung masalah yang dihadapi manusia mulai dari bencana alam
dan cuaca buruk, gagal panen, serangan hama, dan kejahatan yang
meningkat. Semua itu perlu seseorang atau sesuatu untuk disalahkan.
Gampangnya, serigala dijadikan kambing hitam. Selain itu adalah
ketidaksiapan penduduk untuk melepaskan kepercayaan atas makhluk sejenis
itu membuat manusia serigala terus eksis dalam waktu lama.






Richard Carrington, penulis Mermaids and Mastodon
menyamakan alasan di balik kepercayaan akan manusia serigala dengan
kepercayaan primitif, bahwa monster sebenarnya bentuk yang diciptakan
manusia sendiri, untuk mengkompensasikan posisinya sendiri yang demikian
kecil di alam semesta.








Saat
peradaban makin maju, mitos binatang menakutkan pun lenyap. Contohnya,
suku Indian Sioux di Dakota Utara, AS, yang dulu percaya akan adanya
binatang pemangsa manusia. Tapi, keturunannya di abad ini melupakan
mitos itu. Menurut mereka, takhayul itu lahir akibat rasa takut terhadap
mastodon yang berkeliaran di dataran Dakota.








Jadi apakah makhluk ini berasal dari aktivitas sihir?



Ataukah makhluk ini seekor cryptid yang belum dikenal?



Namun, pertanyaan terpentingnya adalah, apakah manusia bisa berubah menjadi hewan?



Jika semua teori di atas tidak bisa menjelaskannya, maka saya rasa, jawaban paling "masuk akal"
adalah: Manusia Serigala/Werewolf memang ada dan ya, manusia bisa
mengalami transfigurasi menjadi hewan dengan melakukan sihir tertentu.



Tapi, jika kalian tidak mempercayai adanya sihir yang bisa menyebabkan
seorang manusia mengalami transfigurasi menjadi hewan, maka saya tidak
punya teori lagi untuk dikemukakan.






Karena
itu pendapat mengenai manusia serigala/werewolf hanya takhayul belum
mencapai kata putus. Jika benar itu sekadar ciptaan manusia, mengapa
kisah itu bertahan sekian lama? Apa pula yang membuat sejarawan/ilmuwan
demikian getol berkutat memecahkannya?






Bagaimana bro, kalian percaya dengan keberadaan Manusia Serigala atau Werewolf?










silahkan anda Copy paste artikel diatas
tapi kalau anda tidak keberatan mohon cantumkan sumber dengan linkback ke blog ini.
terimakasih....!!!